Senin, 29 Juni 2020

Tugas Indonesia Dalam Pertemuan Asia Afrika


Peran Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) ialah salah satu perwujudan dari penerapan politik luar negeri dan kebijakan diplomasi Indonesia.





Hal ini sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 paragraf IV yang menyatakan, bahwa bangsa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian awet, dan keadilan sosial.





Kalimat tersebut menjadi landasan bagi Indonesia untuk menerapkan politik luar negeri yang bebas aktif.





Bebas mempunyai arti bangsa Indonesia tidak memihak pada blok (kekuatan) manapun. Sedangkan aktif mempunyai arti bangsa Indonesia berusaha sekuat-kuatnya untuk menjaga perdamaian dunia.






Peran Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika





Indonesia memegang peranan yang sangat penting dalam keberjalanan konferensi asia afrika (KAA). Secara biasa , Indonesia mempunyai 4 tugas utama yang antara lain yaitu





  • Sebagai salah satu aktivis konferensi asia afrika
  • Sebagai tuan rumah konferensi asia afrika
  • Sebagai panitia konferensi asia afrika
  • Mendirikan museum pertemuan asia afrika




Agar kalian lebih paham tugas-peran Indonesia mirip yang telah disebutkan diatas, kita akan membicarakan secara lebih detail dibawah ini





Sebagai Salah Satu Pelopor Konferensi Asia Afrika





Indonesia merupakan salah satu pelopor konferensi Asia Afrika




KAA dipelopori oleh 5 negara, yakni Indonesia, India, Pakistan, Burma (kini Myanmar) dan Sri Lanka. Indonesia merupakan salah satu negara yang berinisiatif terselenggarakannya KAA bersama lima negara lainnya.





Indonesia juga berpartisipasi dalam dua konferensi selaku pendahulu diselenggarakannya KAA. Konferensi tersebut antara lain adalah konferensi Colombo dan pertemuan Bogor.





Konferensi Colombo





Konferensi Colombo diadakan pada tangga 28 April hingga 2 Mei 1954 di Colombo, Sri Langka.





Konferensi yang dianggap selaku cikal bakal diadakannya KAA ini juga diketahui dengan sebutan Konferensi Panca Negara I. Konferensi ini disertai oleh perwakilan dari 5 negara yakni





  • Indonesia: Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo
  • India: Perdana Menteri Shri Pandit Jawaharlal Nehru
  • Pakistan: Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah
  • Burma: Perdana Menteri Unu
  • Sri Lanka: Perdana Menteri Sir John Kotelawala




Para Kepala Pemerintahan tersebut hadir untuk menjalin relasi kolaborasi dan mendiskusikan perihal suasana daerah Indochina serta Asia dan Afrika.





Pada saat itu Indonesia diwakili oleh seorang Perdana Menteri karena tengah menganut sistem pemerintahan kabinet parlementer. Sehingga pada tahun 1954, pemerintahan Indonesia dipegang oleh Perdana Menteri.





Konferensi Colombo ini menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut





  1. Negara-negara yang berada di kawasan Indochina dan Asia Afrika harus mendapatkan kemerdekaan
  2. Tunisia dan Maroko mesti merdeka dan terbebas dari jajahan Bangsa Eropa
  3. Negara Indonesia menjadi kawasan untuk menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika




Konferensi Colombo ini menjadi cikal bakal pertemuan Asia Afrika yang akan dilakukan di Bandung.





 



Konferensi Bogor





Konferensi Bogor atau disebut juga Konferensi Panca Negara II dilaksanakan pada tanggal 18 – 31 Desember 1954 di Bogor.





Konferensi ini didatangi oleh lima negara dengan perwakilan yang sama mirip saat di Konferensi Colombo.





Pertemuan ini diadakan untuk mematangkan rencana penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Indonesia. Konferensi ini menciptakan keputusan sebagai berikut.





  • KAA akan diselenggarakan di Bandung yang dihadiri 5 negara (Indonesia, India, Pakistan, Burma, Sri Lanka) selaku negara sponsor atau pengundang.
  • KAA akan memanggil sekitar 25 negara yang berada di daerah Asia Afrika.




Konferensi bogor ini menyempurnakan hasil rapat dari pertemuan Colombo yang sudah dilaksanakan sebelumnya.





 



Sebagai Tuan Rumah Konferensi Asia Afrika





Indonesia merupakan tuan rumah Konferensi Asia Afrika




Peran Indonesia berikutnya adalah menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika. Hal ini terjadi alasannya dalam dua pertemuan sebelumnya, telah disetujui bahwa KAA akan diselenggarakan di Bandung.





Berikut ini ialah klarifikasi tentang KAA yang diselenggarakan di Indonesia.





Konferensi Asia Afrika Tahun 1995





Konferensi Asia Afrika pertama kali diselenggarakan pada tanggal 18 hingga 24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia.





KAA pertama ini menghasilkan Dasasila Bandung yang merupakan 10 poin deklarasi atas pertolongan bagi kedamaian dan kerja sama dunia. 10 poin Dasasila Bandung antara lain adalah





  1. Menghormati Hak-Hak Dasar Manusia
  2. Menghormati Kedaulatan Negara Lain
  3. Mengakui Persamaan Ras
  4. Tidak Melakukan Intervensi Kepada Negara lain
  5. Menghormati Hak Tiap-Tiap negara Untuk Mempertahankan Diri
  6. Tidak Menggunakan Pertahanan Kolektif dengan Negara Besar untuk menekan Negara Lain
  7. Tidak Melakukan Tindakan atau Ancaman Agresi
  8. Menyelesaikan Semua Masalah Dunia dengan Perundingan atau Penyelesaian Secara Hukum yang Berlaku Internasional
  9. Memajukan Kerjasama di Segala Bidang untuk Kepentingan Bersama
  10. Negara Asia Afrika Menghormati Hukum-Hukum dan Kewajiban-Kewajiban Internasional




Dasasila ini menjadi janji bareng yang dipegang oleh negara-negara yang mengikuti konferensi pertama ini. Dasa sila ini juga sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila serta kebijakan luar negri Indonesia.





 



Konferensi Asia Afrika Tahun 2005





Para Kepala Negara di kawasan Asia Afrika diundang berpartisipasi dalam konferensi untuk memperingati 50 tahun semenjak pertemuan bersejarah KAA tahun 1955.





Pertemuan ini juga dihadiri oleh Koffi Anan yang ialah Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).





Konferensi Asia Afrika ini diadakan di Jakarta pada tanggal 19 sampai 23 April 2015 dan di Bandung pada tanggal 24 April 2005. Sebagian dari konferensi diadakan di lokasi yang serupa dengan pertemuan KAA tahun 1955 kemudian, yaitu Gedung Merdeka.





Pertemuan ini menciptakan komutmen baru ialah Nawa Sila yang menjadi penyempurna dari Dasa Sila.





Tahun 2005, KAA, menghasilkan NAASP, atau New Asian-African Strategic Partnership, diketahui juga dengan kemitraan strategis baru Asia-Afrika.





Diharapkan NAASP mampu membawa abad depan lebih baik untuk semua Afrika dan Asia berdasarkan ketergantungan sendiri yang kolektif. Serta untuk memastikan terciptanya lingkungan internasional bagi kepentingan rakyat Asia dan Afrika.





 



Konferensi Asia Afrika Tahun 2015





KAA tahun 2015 ialah konferensi yang ke-60. KAA ini diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 19 – 23 April 2015 dan di Bandung pada tanggal 14 April 2015.





Konferensi ini didatangi sebanyak 89 Kepala Negara di kawasan Asian Afrika, 17 negara pengamat, 20 organisasi internasional, serta 1.426 perwakilan media setempat dan ajaib.





Pada pertemuan kali ini, KAA mengusung tema “Promoting South-South Cooperation for World Peace and Prosperity” atau Mempromosikan Kerja Sama Selatan-Selatan bagi Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia. KAA ini menghasilkan tiga dokumen, yakni:





  • Bandung Message (Pesan Bandung)
  • Deklarasi New Asian-African Strategic Partnership (NAASP) atau Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika
  • Deklarasi kemerdekaan Negara Palestina




Disini, Indonesia juga berperan besar karena pertemuan-konferensi ini dikerjakan dalam kawasan Indonesia.





 



Sebagai Panitia KAA





Indonesia merupakan panitia Konferensi Asia Afrika




Indonesia juga berperan selaku panitia penyelenggara Konferensi Asia Afrika. Tokoh-tokoh Indonesia yang menjadi panitia KAA yaitu sebagai berikut.





  • Sanusi Harjadinata (Gubernur Jawa Barat) sebagai Ketua Panitia Penyelenggara KAA
  • Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo sebagai Ketua KAA
  • Ruslan Abdul Gani (Sekjen Kementerian Luar Negeri) sebagai Sekjen KAA
  • Muhammad Yamin (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan) selaku Ketua Komite Kebudayaan
  • Prof. Ir. Rooseno sebagai Ketua Komite Ekonomi
  • Presiden Soekarno menunjukkan sambutan pada pembukaan Konferensi Asia Afrika




Mereka berperan besar dalam menyukseskan pertemuan Asia Afrika yang pertama di Indonesia. Tanpa sumbangsih tokoh-tokoh ini, mungkin pertemuan ini tidak mampu berjalan dengan baik.





 



Sebagai Pendiri Museum Konferensi Asia Afrika





Indonesia merupakan pendiri museum Asia Afrika




Indonesia memiliki Museum Konferensi Asia Afrika yang dibangun di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia.





Pembangunan museum ini digagas dalam konferensi rapat Panitia Peringatan 25 tahun KAA tahun 1980 untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika. Pertemuan tersebut didatangi Prof. dr Haryati Soebadio (Direktur Jenderal Kebudayaan) selaku perwakilan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.





Gagasan pembangunan museum tersebut menerima sambutan baik, termasuk Soeharto yang merupakan Presiden RI ketika itu. Selanjutnya pemikiran ini direalisasikan oleh Joop Ave yang merupakan Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika.





Joop Ave bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, Pemda Tingkat I Propinsi Jawa Barat serta Universitas Padjadjaran.





Sebagai perencana dan pelaksana teknis dijalankan oleh PT. Decenta, Bandung. Kemudian pada tanggal 24 April 1980, Museum Konferensi Asia Afrika diresmikan oleh Presiden Soeharto.





Demikian klarifikasi mengenai tugas Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika.





Setelah mengetahui aneka macam tugas penting di atas, sudah seharusnya kita merasa besar hati terhadap bangsa kita sendiri. Indonesia memiliki peran yang sangat krusial dalam menyukseskan pertemuan Asia Afrika.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon