Tuesday, October 20, 2020

Gempa Bumi


Gempa bumi yakni goyangan pada permukaan bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi secara mendadak dari litosfer bumi.





Terdapat banyak sekali jenis gempa bumi, mulai dari gempa  sungguh lemah yang nyaris tak terasa, hingga gempa sangat kuat yang dapat meruntuhkan gedung dan jembatan.





Aktivitas seismic suatu daerah ditentukan oleh frekuensi, kekuatan, dan dan tipe gempa bumi yang dialami lokasi tersebut dalam rentang waktu tertentu.





Namun, tidak semua getaran seismic dianggap sebagai gempa bumi, ada pula yang dianggap selaku tremor.





Secara biasa , gempa bumi terjadi saat ada pelepasan energi lentur dalam jumlah cukup besar sehingga bisa menggerakkan patahan.





Gerakan antar sisi patahan lazimnya tertahan oleh permukaan irregular yang memiliki gaya gesek tinggi, ketika patahan tersebut sudah terkunci, dorongan apapun akan mengembangkan tegangan sisi patahan tersebut yang disimpan dalam bentuk energi lentur.






Faktor Alam yang Mempengaruhi Gempa Bumi





Jenis Sesar





Jenis Sesar
Jenis Sesar




Terdapat tiga jenis utama sesar yang mampu menimbulkan gempa bumi yakni, wajar , strike slip, dan reverse (thrust).





Sesar wajar biasanya terjadi pada tempat dimana kerak bumi diekstensi, contohnya ialah pada zona divergen.





Sesar reverse biasanya terjadi pada area dimana kerak bumi ditekan, contohnya yakni pada zona konvergen.





Sesar strike-slip terjadi dikala dua sisi dari suatu sesar bergerak pada arah yang berlawanan dan saling bergesekan.





Sesar yang biasanya diasosiasikan dengan gempa berkekuatan besar yakni reverse fault, hampir semua gempa berskala 8 keatas masuk kedalam kategori megathrust.





Sesar strike slip, khususnya sesar transform continental, mampu menciptakan gempa paling berpengaruh berskala 8.





Sesar wajar umumnya membuat gempa bumi yang relative lemah dibanding jenis sesar yang lain, gempa paling kuat yang dapat diciptakan oleh sesar wajar adalah skala 7.





Ketiga jenis sesar ini juga  berkorelasi dengan level tegangan yang ada pada kerak bumi, tegangan tertinggi biasanya menciptakan sesar reverse, tegangan menengah menciptakan sesar strike-slip, dan tegangan rendah menciptakan sesar wajar .





 



Gempa Jauh dari Batas Lempeng





Ketika terdapat batas lempeng antara dua kerak benua, deformasi yang terjadi tersebar pada area yang luas, kadang kala melebihi zona batas lempeng.





Persebaran deformasi ini menjadikan terjadinya gempa di sekitar kawasan batas lempeng.





Contoh dari gempa seperti ini adalah di sesar San Andreas, banyak gempa bumi di wilayah tersebut yang justru disebabkan oleh tegangan yang ada di sekitar batas lempeng, bukan di batas lempengnya.





Semua lempeng tektonik memiliki tekanan internal yang disebabkan oleh interaksi dengan lempeng lain dan juga pergantian beban lempeng seperti erosi, sedimentasi, dan deglasiasi.





Tegangan internal ini dapat menjadikan aktifnya patahan yang sudah ada atau bahkan menciptakan patahan dalam lempeng yang baru.





Oleh alasannya adalah itu, tidak benar bahwa Kalimantan sama sekali tidak mampu terkena gempa karena berada ditengah-tengah lempeng. Kalimantan juga bisa terkena gempa, hanya saja karenanya jauh lebih kecil.





 



Gempa Dalam dan Dangkal





Umumnya gempa bumi tektonik pada ring of fire berasal dari kedalaman sekitar 10 km.





Gempa bumi yang terjadi pada kedalaman lebih dangkal dari 70 km dapat dianggap selaku gempa dangkal.





Gempa yang terjadi antara kedalaman 70-300 km dianggap sebagai gempa menengah, dan gempa yang terjadi dibawah kedalaman 300 km dianggap gempa dalam.





Gempa dalam ini umumnya terjadi pada zona subduksi yang mana kerak samudra terbenam dibawah kerak benua. Zona seismik aktif ini diketahui sebagai Wadati-Benioff Zone.





 



Keterkaitan dengan Aktivitas Vulkanik





Gempa bumi biasanya terjadi pada kawasan vulkanik, pada daerah tersebut, gempa bumi disebabkan oleh gerakan tektonik dan juga pergerakan magma gunung api.





Gempa yang terjadi pada kawasan vulkanik umumnya mampu dianggap selaku early warning bagi letusan yang akan datang. Contohnya yakni ketika gunung St. Helens tahun 1980 di Amerika Serikat yang didahului gemuruh gempa.





Earthquake swarm atau runtutan gempa-gempa mampu menunjukkan daerah pergerakan magma dalam kawasan vulkanik. Gempa ini mampu diukur memakai seismometer dan tiltmeter untuk memprediksi kemungkinan letusan gunung api.





 



Gaya Pasang Surut





Gaya pasang surut juga dapat menghipnotis fenomena gempa, hal ini terjadi alasannya adalah gaya pasang surut dapat memperlihatkan dorongan dan tarikan pada lempeng bumi.





Ketika gaya pasang surut memperoleh gugusan patahan yang telah memiliki tegangan tinggi, tidak memerlukan gaya banyak untuk menciptakan gempa bumi.





Menurut observasi yang ada, gempa bumi sedikit lebih banyak terjadi dikala surut. Hal ini terjadi sebab berkurangnya beban pada reverse fault, sehingga gaya gesek menyusut, dan patahan dapat menjadi aktif.





 



Rangkaian Gempa Bumi





Fenomena gempa bumi lazimnya ialah bab dari suatu rangkaian gempa, jarang sekali ada gempa yang terjadi sendiri tanpa gempa lain. Rangkaian gempa bumi ini biasanya diisi oleh tremor-tremor kecil yang tidak berbahaya.





Aftershock dan Foreshock





Aftershock atau gempa susulan yakni gempa bumi yang terjadi sehabis gempa bumi utama(mainshock) terjadi.





Aftershock senantiasa berada pada tempat yang serupa dengan gempa utama, tetapi mempunyai magnitude yang lebih kecil. Jika magnitude aftershock lebih besar dari gempa utama, maka aftershock akan dijadikan mainshock, dan gempa utama akan dijadikan foreshock.





Gempa aftershock terjadi alasannya kerak bumi di sekitar patahan beradaptasi sesudah terkena gempa utama.





 



Earthquake Swarm





Earthquake swarm ialah istilah bagi serangkaian gempa bumi yang melanda sebuah tempat tertentu dengan interval antar gempa relatif akrab.





Perbedaannya dengan aftershock-foreshock yakni pada fenomena ini, magnitudo gempa nyaris semuanya sama, sehingga tidak ada gempa utama.





 



Intensitas





Getaran dan goyangan pada permukaan telah dimengerti sejak zaman dulu, tetapi belum ada metode untuk mengukurnya dan menentukan sebabnya secara pasti.





Sebelum ditemukannya seismometer akurat, intensitas getaran dan goyangan dijumlah menurut dampak dan kerusakan yang ditimbulkan.





Skala pengukuran gempa pertamakali dicetuskan oleh Charles F Richter pada tahun 1935. Setiap skala-skala selanjutnya selalu memiliki karakteristik khas, yakni setiap kenaikan satu tingkat, energi yang dihasilkan naik 32 kali lipat, dan amplitudo getaran tanah berkembang10 kali lipat.





 



Frekuensi





Diestimasikan bahwa terjadi nyaris 500.000 gempa bumi setiap tahunnya. Hanya 100.000 yang cukup kuat untuk mampu dinikmati oleh insan.





Gempa mikro atau gempa yang sungguh lemah terjadi setiap dikala di daerah-tempat perbatasan lempeng seperti California, Jepang, Indonesia, Portugal, Turki, dan Nepal, tetapi sesungguhnya gempa mampu terjadi dimana saja.





90% gempa bumi dunia dan 81% gempa bumi dengan kekuatan terbesar terjadi di tempat Pacific ring of fire.





Sebuah zona berupa tapal kuda sepanjang 40.000 km yang mengelilingi  samudera Pasifik. Zona ini ialah tempat perbatasan lempeng dari lempeng pasifik dengan lempeng-lempeng yang lain.





 



Efek Gempa Bumi





Getaran Tanah





Retakan Tanah Gempa Bumi
Retakan Tanah alasannya adalah Gempa Bumi di Patahan Aktif




Getaran tanah merupakan efek utama dari fenomena gempa bumi. Efek dari fenomena ini kepada lingkungan sekitar tergantung dari intensitas gempa, jarak dari sentra gempa, dan kondisi geomorfologi lokal.





Kondisi geomorfologi tertentu dapat memperkuat getaran tanah yang terjadi. Fenomena ini dikenal sebagai amplifikasi gempa. Amplifikasi lazimnya disebabkan oleh transfer gelombang dari bedrock yang bersifat keras ke tanah atas yang lebih lembek.





Retakan pada permukaan bumi juga ialah efek dari getaran tanah. Fenomena ini merupakan sumber risiko yang sungguh berbahaya kepada konstruksi bangunan seperti jalur pipa gas, bendungan, pembangkit listrik, jalan raya, dan juga jembatan.





Oleh alasannya adalah itu, sungguh penting bagi geologist, hebat konstruksi, dan perencana untuk memetakan lokasi-lokasi yang berpotensi untuk terjadi retakan tanah sehingga tidak dibangun infrastruktur pada lokasi tersebut.





 



Gerakan Tanah





Gempa bumi, acara vulkanik, angin ribut, kebakaran hutan, dan pengikisan pantai mampu mengakibatkan pergerakan massa tanah. Fenomena-fenomena diatas mampu menjadikan lereng menjadi tidak stabil sehingga terjadi pergerakan massa tanah seperti longsor.





Gerakan tanah rawan sekali terjadi pada daerah yang tanah/batuannya sudah mengalami pelapukan berat.





 



Kebakaran





Gempa dapat mengakibatkan kebakaran dikala terjadi kerusakan pada jaringan kabel listrik ataupun jaringan pipa gas/minyak.





Jika jaringan pipa air juga terputus, akan lebih sukar memadamkan kebakaran yang terjadi. Pemadam kebakaran tidak akan mampu mengeluarkan air dari hidran-hidran darurat dikarenakan kurangnya tekanan air.





Contoh dari fenomena ini yaitu pada ketika gempa tahun 1906 di San Francisco. Jauh lebih banyak orang yang meninggal karena efek kebakaran dibandingkan gempa.





 



Likuefaksi





Likuefaksi terjadi ketika tanah yang bersifat granular dan memiliki kandungan air mengalami guncangan. Ketika terjadi guncangan, tanah jenis ini kehilangan kekuatannya dan berubah dari padat menjadi cair.





Likuefaksi mampu mengakibatkan tenggelamnya bangunan, kendaraan, dan bahkan manusia jika tidak berhati-hati.





Contohnya yaitu pada gempa Alaska tahun 1964 dimana banyak bangunan yang karam dan hancur di dalam tanah.





Contoh lain adalah gempa bumi di Palu tahun 2018 dimana terjadi likuefaksi dan amplifikasi gempa secara setempat.





 



Tsunami





Tsunami Aceh 2004
Tsunami Aceh 2004 Disebabkan Gempa




Tsunami ialah gelombang maritim dengan panjang gelombang yang panjang dan disebabkan oleh perpindahan massa air secara tiba datang.





Di laut lepas, jarak antar puncak gelombang tsunami dapat mencapai 100 km dengan perioda gelombang antara 1 menit hingga 1 jam.





Tsunami bergerak dengan sangat cepat, di maritim lepas kecepatannya dapat mencapai 800 km/jam. Oleh sebab itu, komunitas pesisir cuma memiliki waktu sedikit untuk bersiap dan melakukan penyelamatan. Durasi antara gempa dengan tsunami lazimnya cuma berjam-jam.





Salah satu penyebab dari perpindahan massa air secara datang-tiba yaitu gempa bumi. Umumnya, gempa dengan intensitas dibawah 7.5 skala richter tidak menimbulkan tsunami, namun terdapat perkara spesifik dimana hal tersebut terjadi.





Salah satu teladan dimana gempa menjadi penyebab tsunami yakni pada dikala gempa dan tsunami tahun 2004 di Samudera Hindia yang lebih kita kenal dengan tsunami Aceh.





 



Banjir





Banjir adalah limpasan air yang melalui daratan. Banjir terjadi dikala jumlah air pada suatu tubuh air melebihi kapasitasnya untuk menampung air, sehingga air meluap melampaui batasannya.





Gempa mampu menyebabkan kerusakan struktural pada pintu air atau bendungan sehingga menimbulkan kebocoran atau runtuhnya struktur tersebut. Ketika itu terjadi, kawasan yang berada didepan struktur tersebut akan dibanjiri oleh air.





Gempa juga mampu mengakibatkan bendung alam yang terdiri dari pohon jatuh atau tumpukan tanah. Hal ini mampu menyebabkan air tertahan dibelakangnya.





Ketika terjadi gempa lagi atau ada faktor lain yang melemahkan bendung alam tersebut, air yang tertahan dapat mendesak keluar. Fenomena ini diketahui selaku banjir bandang atau flash flood.





 



Dampak Manusia





Gempa mampu menyebabkan kehilangan nyawa dan kerusakan infrastruktur bikinan insan.





Gempa juga mampu menjadikan kerusakan pasca tragedi. Rusaknya infrastruktur mampu menjadikan epidemi penyakit, kurangnya asupan nutrisi, dan ketidakadaan tempat untuk bermukim bagi warga.





 



Referensi





Earthquake





Waugh, David (2014). Geography an Integrated Approach, Fourth Edition. Oxford University Press.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon