Koordinat yaitu sistem penentuan lokasi yang memungkinkan semua daerah di bumi diterangkan menggunakan gugusan angka, abjad atau simbol.Untuk menjelaskan lokasi spasial pada bidang dua dimensi mirip peta, diharapkan tata cara proyeksi peta.
Daftar Isi
Sejarah Koordinat
Konsep koordinat awalnya diciptakan oleh Erathostenes dari Cyrene dalam bukunya Geography. Hipparcus dari Nicaea kemudian menyebarkan sistem ini, ia mampu memilih lintang menggunakan perhitungan astronomi dan bujur dengan melihat pergerakan bulan serta siklus purnamanya.
Selanjutnya, Marinus dari Tyre menyertakan perkiraan-perkiraan matematis dalam petanya dengan patokan ukuran dari prime meridian. Koordinat Marinus dihitung timur dari garis prime meridian yang terletak di kepulauan Fortuna di sekitar Cape Verde.
Ptolemy memperbaiki pengukuran lintang dengan menghitungnya dari garis kathulistiwa. Ketika karya Marinus dan Ptolemy diterjemahkan kedalam bahasa arab, Al-Khawarizmi dapat melihat kesalahan mereka dalam mengkalkulasikan luas, dan memperbaikinya.
Oleh karena itu, kebanyakan kartografer Arab pada zaman tersebut memakai garis prime meridian yang sudah diperbaiki oleh Al-Khawarizmi, adalah 10 derajat timur dari kepulauan Fortuna.
Pada tahun 1884, Amerika Serikat menggelar konferensi meridian internasional yang bertujuan untuk membahas standar prime meridian. Dari 25 negara, 22 baiklah untuk menilai observatorium inggris yang berada di Greenwich sebagai garis meridian 0. Penentuan prime meridian ini jadinya akan menjadi patokan waktu dunia ialah Greenwich Mean Time.
Pengukuran Horizontal: Lintang dan Bujur

Lintang yaitu sudut antara garis yang melalui kathulistiwa dengan garis yang memotongnya dari kutub utara ke selatan.
Tempat dengan sudut lintang sama akan meciptakan bulat yang mengelilingi bumi, lingkaran ini dinamakan parallel. Lingkaran ini disebut parallel sebab sejajar dengan garis kathulistiwa.
Kutub utara memiliki nilai lintang 90’U sedangkan kutub selatan mempunyai nilai lintang 90’S, U dan S ialah akronim utara dan selatan. Kutub utara mempunyai nilai lintang 0′ dan membagi bumi menjadi dua, yakni kepingan bumi utara dan pecahan bumi selatan.
Bujur yaitu sudut ke timur atau barat dari suatu meridian rujukan. Semua meridian merupakan elips yang berkonvergensi di kutub utara dan kutub selatan. Meridian rujukan yang digunakan di dunia biasanya yaitu meridian Greenwich atau prime meridian. Prime meridian ini membagi bumi menjadi dua bagian adalah belahan bumi bab barat dan cuilan bumi bagian timur.
Gabungan dari lintang dan bujur adalah metode koordinat geografis yang dapat dipakai untuk memilih semua lokasi di muka bumi. Grid yang diciptakan oleh kedua garis ini disebut sebagai graticule. Titik nol dari sistem ini terletak di teluk Guinea, di bab selatan Ghana.
Pengukuran Vertikal
Untuk menjelaskan letak sebuah lokasi secara topografis, pembuat peta juga harus mengetahui ketinggian kawasan tersebut dari inti bumi. Bumi tidak berupa bundar sempurna melainkan berbentuk biaxial ellipsoid. Bumi juga mempunyai pembesaran pada tempat kathulistiwa sehingga radius bumi disana lebih besar 0.3% dibandingkan di kutub.
Oleh alasannya itu dibutuhkan nilai dasar standar pengukuran ketinggian yang mampu dipakai oleh seluruh pembuat peta. Standar ketinggian lazimnya diukur dari
- Permukaan datum ellipsoid. Pendekatan ini akan membuat ketinggian ellipsoid.
- Muka rata-rata air maritim seperti dalam model geoid. Pendekatan ini akan menciptakan ketinggian orthometric
- Datum vertikal yang menggunakan teladan ketinggian yang telah dimengerti.
Bersama dengan lintang dan bujur, ketinggian membuat kita mampu untuk mengenali lokasi geodetik/geografik suatu daerah dalam ruang 3 dimensi.
Datum
Agar pembuat peta dapat melaksanakan pengukuran horizontal dan vertikal yang akurat, pembuat peta memilih ellipsoid rujukan yang akan dipakai dalam pemetaan. Kemudian mereka akan memproyeksikan koordinat bumi kedalam ellipsoid tersebut, kesudahannya dinamakan datum geodetik.
Datum geodetik dapat bersifat global dan meliputi seluruh bumi, atau hanya setempat di tempat tertentu saja. Semuanya tergantung dari tujuan pengerjaan peta dan target penggunanya, apakah butuh peta yang cepat atau peta yang sangat akurat, peta yang skala besar atau skala kecil.
Jika diperlukan peta yang akurat untuk lokasi tertentu, pembuat peta umumnya menggunakan datum lokal. Datum lokal mampu lebih mirip bentuk bumi pada lokasi tersebut, sehingga memajukan akurasi peta. Namun, peningkatan akurasi ini tidak terlampau signifikan jikalau peta yang digunakan berskala kecil. Jika diperlukan peta dengan cakupan daerah sungguh luas dan berukuran kecil, maka dipakai datum global.
Contoh dari datum geodetik global yakni World Geodetic System 1984 (WGS84) yang ialah datum standar GPS dan International Terrestrial Reference Frame (ITRF) yang digunakan untuk menyaksikan pergerakan lempeng dan deformasi kerak bumi.
Contoh dari datum geodetik lokal yakni North American Datum (NAD), European Datum (ED50), dan OSGB36 milik Inggris. Datum ini memberikan posisi lintang dan bujur suatu lokasi di bab bumi tertentu.
Lintang dan bujur sebuah lokasi pada peta yang memakai datum lokal mungkin saja tidak sama dengan lokasi GPS. Hal ini dapat terjadi alasannya GPS menggunakan datum global ialah WGS84, sehingga mungkin saja terjadi distorsi pada lokasi-lokasi tertentu.
Koordinat dari suatu peta mampu dikonversi menjadi koordinat datum lain dengan memakai helmert transformation. Konversi ini meliputi pergantian koordinat peta kedalam kartesian, kemudian mengaplikasikan 7 parameter transformasi, dan mengembalikannya lagi menjadi koordinat peta.
Koordinat dalam Proyeksi Peta
Untuk memilih lokasi suatu tempat di peta, digunakan sistem proyeksi supaya koordinat geodetik mampu diubah menjadi koordinat dua dimensi. Datum dan proyeksi peta bila diaplikasikan kedalam grid lokasi acuan, akan menghasilkan sistem grid untuk melaksanakan plotting lokasi. Koordinat dalam tata cara proyeksi peta umumnya berupa northing (N) dan easting (E) dengan satuan meter.
Universal Transverse Mercator dan Universal Polar Stereographic
UTM dan UPS menggunakan grid metric kartesian pada suatu permukaan yang diproyeksikan secara konformal untuk memilih lokasi spasial dalam sebuah peta. UTM bukanlah satu tata cara proyeksi, tetapi 60 sistem proyeksi berlainan yang masing-masing mencakup 6 derajat bujur, biar mampu melingkupi seluruh dunia. Sistem UPS digunakan untuk memproyeksikan wilayah kutub, karena wilayah kutub tidak mampu diproyeksikan oleh sistem transverse mercator dengan akurat.
Lintang dan Bujur dalam Perhitungan
Kita dapat mengkonversi lintang dan bujur kedalam satuan metrik mirip meter dan kilometer untuk mempermudah perkiraan jarak. Konversi ini dijumlah dengan cara membagi radius bumi dengan 360 derajat, sehingga ditemukan faktor konversi dari derajat ke jarak. Jika kita menggunakan WGS84 sebagai datum spheroid acuan untuk perpetaan, kita peroleh konversi sebagai berikut.
Konversi Satuan Menjadi Metrik | |||
Lintang | Bujur | ||
Derajat | 110.6 kilometer | 111.3 kilometer | |
Menit | 1843 meter | 1855 meter | |
Detik | 30.715 meter | 30.92 meter |
Tabel diatas ialah perkiraan lintang dan bujur pada garis kathulistiwa, sehingga pengukuran tersebut hanya akurat untuk daerah kathulistiwa.
Referensi
Sumber ty.com
EmoticonEmoticon