Friday, November 6, 2020

6 Cara Mengklasifikasi Kota


Untuk membedakan kota satu dengan yang lainnya, selain menamai kota tersebut, kita juga perlu menciptakan metode pembagian terstruktur mengenai kota untuk menggolongkan kota-kota tersebut.





Dalam ilmu perkotaan, sangat susah mengelompokkan kota alasannya adalah terdapat aneka macam aspek yang saling bekerjasama. Meskipun demikian, ada beberapa cara lazim yang kerap dipakai untuk menggolongkan kota-kota yang dianggap setara.






Berdasarkan Penduduk





  1. Megapolitan : > 5 juta jiwa
  2. Metropolitan : 1 juta – 5 juta jiwa
  3. Kota Besar : 500.000 – 1 juta jiwa
  4. Kota Sedang : 100.000 – 500.000 jiwa
  5. Kota Kecil : 20.000 – 100.000 jiwa




Ini adalah kategoriasasi kota berdasarkan penduduk yang biasa diajarkan di Indonesia, baik oleh guru-guru, maupun oleh buku pelajaran geografi. Namun ternyata masih banyak cara lain untuk mengkategorikan kota.





 



Harold Maclean Lewis





Harold menyampaikan bahwa tren pertumbuhan tempat urban dicerminkan oleh populasinya. Klasifikasinya sedikit mirip dengan desain menurut populasi diatas, namun terdapat beberapa perbedaan di klasifikasi kotanya.





  1. Eopolis/Infantile :500 – 5.000 jiwa
  2. Polis/Juvenile :000 – 10.000 jiwa
  3. Mature Trade/ Industrial town :000 – 25.000 jiwa
  4. Metropolis / Medium sized city :000 – 50.000 jiwa
  5. Megalopolis / Intermediate city :000 – 100.000 jiwa
  6. Trade/Industry/Service sector city :000 – 250.000 jiwa
  7. Primate city :000 – 500.000 jiwa
  8. Tyranopolis/Metropolitan :000 – 1.000.000 jiwa
  9. Senile/Mega city : >1.000.000 jiwa




Namun jikalau menggunakan klasifikasi dari Harold Maclean Lewis, semestinya telah aneka macam kota senile, karena ketika ini sudah banyak kota yang mempunyai penduduk diatas 1 juta jiwa, oleh alasannya itu menurut penulis penjabaran Harold kurang tepat kalau digunakan di zaman terbaru ini.





 



Berdasarkan Fungsi





Pembagian kota menurut fungsinya untuk Indonesia ada 3 ialah Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal. Sedangkan secara global, terdapat 4 klasifikasi khusus untuk kota menurut fungsinya, yaitu kota administratif, hukum, ekonomi, dan aktivitas khusus.





Selain dua kategori diatas, terdapat pula fungsi kota selaku global cities, atau kota yang tidak hanya melayani tempat sekitarnya, melainkan melayani seluruh dunia pada bidang tertentu.





Global Cities Index menurut A.T Kearney
Global Cities Index berdasarkan A.T KearneyA.T Kearney




Menurut A.T Kearney Global Cities Index, terdapat 5 klasifikasi global cities ialah





  • Business Activity




Meliputi aktivitas bisnis, pasar modal, perdagangan dan pusat kantor-kantor perusahaan besar. Kota-kota yang menjadi leader di business activity ini memiliki efek ekonomi yang sangat besar kepada perekonomian dunia, entah karena kebijakan-kebijakan diambil disitu, atau alasannya adalah semua transaksi dan kegiatan bisnis mengacu pada mereka sebagai best practice.





  • Human Capital




Meliputi sumber daya manusia, rasio masyarakat yang menempuh pendidikan tinggi, jumlah institusi pendidikan, dan jumlah siswa/mahasiswa internasional yang ada di kota tersebut. Kota-kota human capital ini terkenal sebagai kota immigrasi, melting pot, dan kota pelajar mewah internasional.





  • Information Exchange




Kota-kota yang menjadi global cities information exchange mempunyai eksistensi yang tinggi pada media tukar informasi, mirip internet, televisi, atau media cetak. Kota-kota ini memiliki banyak firma yang bergerak pada bidang pertukaran info, sehingga menjadi padanan kata dengan kota media. Selain itu, kota yang menajdi global cities dalam information exchange ini juga kerap memiliki jejak digital (digital footprint) yang tinggi, dengan eksistensi digital warganya yang mampu dinikmati di seluruh dunia. Idealnya, karena menjadi sentra pertukaran info dan mempunyai jaringan telekomunikasi yang baik, kota-kota ini juga mempunyai warga yang up to date dengan gosip-informasi kekinian dunia.





  • Cultural Exchange




Kota-kota yang didanggap sebagai kota budaya mempunyai pesona yang tinggi dalam bidang kebudayaan, mulai dari arsitekturnya, museumnya, event-eventnya, hingga makannya. Kota-kota ini kerap mengandalkan keragaman budaya mereka untuk mempesona turis gila yang ingin mempelajari lebih lanjut mengenai budaya. Kota-kota yang memiliki kelebihan pada bidang kuliner juga kerap berlomba mengakumulasi bintang Michelin untuk kedai makanan-restorannya supaya terlihat lebih prestisius.





  • Political Engagement.




Kota-kota yang mempunyai keunggulan di bidang politik memiliki efek politik bukan hanya pada negaranya, melainkan pada daerah dan juga benuanya. Umumnya mereka memiliki banyak organisasi-organisasi berdaya jangkau multinasional yang bermarkas disana, mirip NGO, think tanks, dan organisasi antarpemerintah. Mereka juga kerap menjadi tuan rumah pertemuan politik dan pembahasan politik, mirip Brussels untuk Uni Eropa.





 



Lewis Mumford





  • Eopolis




Tahapan ini ialah tahapan permulaan, pemukiman masih bersifat komunitas perdesaan dengan basis ekonomi agrikultur





  • Polis




Setelah eopolis meningkat dan mengalami spesialisasi kerja serta mekanisasi, beliau berkembang menjadi polis.





  • Metropolis




Metropolis merupakan kota yang menjadi ibu kota bab provinsi atau daerah setempat. Ia umumnya ialah gabungan dari beberapa polis yang beraglomerasi





  • Megalopolis




Megalopolis ialah tahap dimana indikasi kemunduran sebuah kota mulai timbul. Masalah-persoalan ini muncul antara lain karena terlalu suksesnya pertumbuhan kota itu sendiri, sehingga terhadi hal-hal yang tidak diharapkan, seperti overpopulasi, dan kemacetan deadlock. Hal ini biasanya terjadi saat sebuah metropolis bergabung dengan metropolis lainnya, atau mengabsorbsi polis lain yang cukup besar sehingga manajemen kota tidak dapat bereaksi cukup cepat untuk menuntaskan dilema yang timbul.





  • Tyranopolis




Tahap ini mengindikasikan bahwa kondisi kota tersebut sudah menurun secara drastis, entah sebab dilema internal ataupun eksternal. Contoh dari tyranopolis ini yakni kota yang terkena efek pertempuran dan krisis ekonomi.





  • Necropolis




Tahap ini merupakan kemajuan dari tyranopolis, ketika mencapai tahap ini, kota telah ditinggalkan oleh penduduknya karena telah tidak mungkin ditinggali. Contoh kota yang mirip ini adalah kota-kota di timur tengah dan afrika yang hancur terkena efek peperangan.





 



Griffith Taylor





Menurut Griffith Taylor, semua kota di dunia niscaya melewati empat tahap perkembangan, yakni infantile, juvenile, mature, dan senile.





Infantile





Tahapan permulaan semua kota dimana peraturan zonasi dan separasi belum dibentuk. Semuanya masih menyatu dalam satu zona besar yang disebut kota.





Juvenile





Pada tahap ini, zona residensial telah dipisahkan dari zona komersial. Terdapat pula beberapa zona industri kecil yang mulai beroperasi.





Mature





Pada tahap ini, sudah terjadi divisi antara zona residensial, komersial, dan industrial pada kota. Peraturan zonasi kota juga telah mulai terperinci dan terbentuk.





Senile





Pada tahap ini, kota telah terdegradasi baik dari sisi fisik, sosial, maupun potensial ekonominya. Contohnya ialah kota-kota rust belt Amerika Serikat mirip Detroit





 



Ekistics Doxiadis





  1. Anthropos : 1 jiwa
  2. Room (seruang) : 2 jiwa
  3. House (rumah) : 5 jiwa
  4. Housegroup (hamlet) : 40 jiwa
  5. Small Neighborhood (village) : 250 jiwa
  6. Neighborhood (village) : 1.500 jiwa
  7. Small Polis (town) : 10.000 jiwa
  8. Polis (city) : 75.000 jiwa
  9. Metropolis kecil : 500.000 jiwa
  10. Metropolis : 4 juta jiwa
  11. Megalopolis kecil : 25 juta jiwa
  12. Megalopolis : 150 juta jiwa
  13. Eperopolis kecil : 750 juta jiwa
  14. Eperopolis : 7.5 milyar jiwa
  15. Ecumenopolis : 50 milyar jiwa




Doxiadis dalam bukunya ekistics membagi ukuran kota menjadi 15 kelompok seperti yang mampu kita lihat diatas.





 



Referensi





AT Kearney. Global Cities 2017: Leaders in a World of Disruptive Innovation.





Doxiadis. (1968). Ekistics





Kumar, Ravindra. Trends in Urban Growth & Objectives of Sound Planning.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon