Tuesday, November 3, 2020

Urbanisasi


architecture, bridge, buildings




Urbanisasi secara lazim memiliki arti pertambahan persentase masyarakatyang tinggal di perkotaan dibandingkan yang tinggal di pedesaan. Urbanisasi menggambarkan proses perkembangan dan kemajuan kota kota menjadi lebih besar alasannya adalah kian banyak masyarakatyang tinggal di kota tersebut.





Menurut PBB, pada tahun 2008, lebih dari 50% penduduk dunia sudah tinggal di kawasan urban, mereka juga memprediksikan bahwa pada tahun 2050, lebih dari 64% penduduk negara meningkat dan 86% penduduk negara maju akan tinggal di daerah urban. Urbanisasi dapat terjadi melalui beberapa cara yang antara lain adalah






Proses Urbanisasi





Pertumbuhan kota





Pertumbuhan kota mempunyai makna bahwa area yang dianggap urban bertumbuh secara cepat dan menyerap daerah sekitarnya, desa-desa yang sebelumnya dianggap rural menjadi berubah dan mulai menunjukkan karakteristik urban, proses urbanisasi seperti ini biasanya identik dengan urban sprawl





Migrasi penduduk desa ke kota





Migrasi penduduk kesa ke kota memiliki makna bahwa alasannya faktor-faktor penarik yang besar, dan mungkin juga dibantu oleh faktor pendorong yang kuat dari desa itu sendiri, banyak warga desa yang menentukan untuk pindah ke kota karena mereka berfikir bahwa mereka akan mendapat kehidupan yang lebih baik 





Pertambahan alami penduduk kota.





Pertumbuhan secara alami ini merupakan desain urbanisasi yang jarang diketahui dan disadari orang-orang, mereka menilai bahwa supaya terjadi urbanisasi mesti ada yang bergerak entah itu kota nya bergerak meluas atau penduduknya bergerak menuju kota. Namun jika mengacu pada definisi urbanisasi diatas, ada satu alternative yang jarang dipikirkan, yakni perkembangan alami.





Pertumbuhan alami memiliki arti tidak ada perpindahan penduduk (diasumsikan tidak ada perpindahan semoga variable urbanisasi terisolasi, namun pada dunia konkret teintu saja ada). Oleh sebab itu, jumlah masyarakatyang berada di kota dapat terus bertambah ketika angka kelahiran masyarakatkota lebih tinggi dari penduduk desa.





Selain angka kelahiran, child mortality rate yang lebih rendah dan angka cita-cita hidup yang lebih tinggi juga berperan banyak dalam mengembangkan jumlah penduduk kota relative kepada masyarakatdesa.





 



Penyebab Urbanisasi





Urbanisasi secara migrasi





Urbanisasi umumnya disebabkan alasannya adalah penduduk menganggap bahwa terdapat jauh lebih banyak kesempatan jika mereka hidup di kota.





Salah satu penyebab stigma ini terjadi ialah alasannya adalah ketidakmerataan pembangunan dan investasi oleh pemerintah serta pihak swasta, sehingga infrastruktur, acara ekonomi, dan fasilitas biasa di kota jauh lebih baik daripada yang di desa.





Ketidakmerataan ini kerap terjadi pada negara-negara yang mempunyai kota besar yang sangat meningkat jikalau ketimbang kawasan sekitarnya (hinterland). Ketimpangan pembangunan tersebut dapat menumbuhkan sentiment bahwa hidup di kota lebih mengasyikkan dibandingkan dengan hidup di desa sehingga orang-orang kepincut untuk berpindah ke kota.





Urbanisasi secara pertumbuhan dan kemajuan kota





Urbanisasi ini mengacu kepada pertambahan areal kota sehingga masyarakat yang tinggal di tempat perifer mirip desakota dan tempat transisi yang lain lama kelamaan mempunyai sifat perkotaan, dikala itu terjadi, dan pembangunan infrastruktur sudah meraih lokasi tersebut, mereka secara sah mampu dianggap sebagai warga yang tinggal di dalam kota.





Fenomena ini menimbulkan terjadinya penambahan jumlah masyarakatyang tinggal di perkotaan dan penurunan jumlah masyarakatyang tinggal di pedesaan. 





Urbanisasi karena perkembangan penduduk yang lebih tinggi





Urbanisasi ini bahwasanya merupakan imbas dari kedua bentuk urbanisasi diatas. Seharusnya makin terurbanisasi masyarakat maka akan semakin rendah pula angka kelahirannya, mendekati replacement rate, sedangkan kian ter-ruralisasi masyarakat, semakin tinggi pula angka kelahirannya.





Korelasi diatas biasanya disebabkan oleh perbedaan ongkos hidup, tingkat pendidikan, dan saluran kemudahan kesehatan. Namun, bayi-bayi yang lahir di kota memiliki kemungkinan hidup dan angka cita-cita yang lebih tinggi sebab mereka memiliki jalan masuk pada layanan kesehatan dan nutrisi yang lebih baik.





Perbedaan impian hidup dan mortality rate inilah yang kemudian membuat penduduk kota berkembanglebih singkat daripada masyarakatdesa. Namun lazimnya urbanisasi jenis ini hanya dapat terjadi jika penduduk di kota telah lebih banyak daripada yang di desa atau kalau sebelumnya telah ada urbanisasi berjenis migrasi atau perkembangan/perluasan kota yang besar.





 



Dampak Urbanisasi





Urbanisasi memiliki banyak sekali imbas terhadap kota yang menjadi target urbanisasi tersebut. Dampak yang dicicipi oleh kota sasaran umumnya dibagi menjadi 4, adalah dampak ekonomi, sosial, kesehatan, dan lingkungan. 





Ekonomi





Semakin tinggi tingkat urbanisasi maka kemungkinan terjadi segregasi ekonomi di perkotaan makin tinggi pula. Naiknya permintaan kebutuhan dasar yang didorong oleh banyaknya populasi akan memajukan harga barang-barang tersebut, hal ini dapat menyebabkan terjadinya golongan miskin yang meskipun sudah bersusah payah, tetap akan menjadi miskin, atau malah tambah miskin.





Kenaikan harga ini disebabkan oleh aspek yang sudah dijelaskan diatas, ialah inflasi biaya hidup di sebuah kota yang disebabkan oleh tingginya usul barang dan terus naiknya honor para pekerja secara umum.





Urbanisasi yang tinggi juga dapat menjadikan terjadinya tempat kumal , atau slum. Hal ini terjadi sebab kurangnya lahan di perkotaan yang mampu digunakan untuk membangun perumahan, sedangkan pertumbuhan penduduk di kota sangat besar.





Kurangnya lahan tersebut menimbulkan harga property berkembangdrastis sehingga banyak warga kota yang tidak dapat membeli rumah di kawasan yang strategis dan memiliki sarana maupun prasarana yang mumpuni.





Selain menyebabkan slum area, banyaknya penduduk di daerah kota pun mampu menimbulkan pemukiman yang tersegregasi, lagi lagi hal ini ialah pengaruh dari meningkatnya harga barang pokok, kurangnya lapangan pekerjaan, dan timpangnya gaji dalam pekerjaan papan bawah.





Pada negara meningkat , urbanisasi lazimnya berasal dari migrasi penduduk desa menuju kota. Karena tingkat pendidikannya yang masih kurang dan tidak memiliki kemampuan khusus pada bidang tertentu, alih alih membantu geliat ekonomi perkotaan, mereka malah membebani infrastruktur perkotaan dan membuat area-area kumuh yang mengganggu panorama serta menjadi sumber penyakit.





 



Kemacetan





Kemacetan juga ialah salah satu dampak dari urbanisasi. Kemacetan yang parah mampu menimbulkan terganggunya acara ekonomi, hal ini disebabkan oleh berkurangnya produktivitas pekerja dan sulitnya distribusi barang.





Semakin parah kemacetan, maka semakin usang waktu para pekerja yang dihabiskan di jalan dan transportasi yang lain, hal ini mampu mengurangi semangat kerja dan juga meminimalisir jam kerja efektif di kantor, selain itu mereka juga cenderung lebih letih saat sampai di kantor, oleh karena itu pekerjaan menjadi tidak optimal.





Kemacetan juga menjadikan sulitnya distribusi barang, hal ini terjadi alasannya truk yang memuat barang tersebut terjebak di kemacetan, sehingga dia tidak mampu mengantarkan barang secara sempurna waktu, padahal pengantaran barang tepat waktu merupakan salah satu kunci utama dari berjalannya roda ekonomi perkotaan.





Pada perkara ini tidak dimungkinkan memakai alternatif transportasi lain alasannya adalah meskipun memakai kereta, tetap mesti ada titik yang mewajibkan terjadinya break of bulk, yang mana barang-barang di kereta tersebut dipindahkan ke truk-truk untuk angkutanke tujuannya masing-masing.





 



Kesehatan





Urbanisasi pada negara meningkat tidak serta merta mengembangkan angka cita-cita hidup. Urbanisasi yang terjadi secara cepat sudah mengembangkan risiko terkena penyakit-penyakit non-communicable yang terkait dengan gaya hidup, seperti kanker dan penyakit jantung.





Risiko terjangkitnya penyakit menular beragam berdasarkan lokasinya, jika beliau berada pada kota yang termasuk maju maka karenanya rendah, jikalau ia berada pada daerah kumal dan slum, maka risikonya tinggi. Bahkan mampu lebih besar dari tempat rural dikarenakan disfungsinya sistem drainase dan tidak adanya control sanitasi yang mumpuni.





Kedua hal diatas diperparah oleh terjadinya pemusatan penduduk di suatu daerah yang kecil sehingga bila ada penyakit menular, dia akan mampu menyebar dengan segera.





Urbanisasi lazimnya diasosiasikan dengan meningkatnya sanitasi, terusan kesehatan, dan akomodasi lazim. Namun, hal ini tidak terjadi pada tempat-kawasan kumuh, sehingga mereka susah meningkat , dan tetap menjadi kawasan kumuh.





 



Food Desert





Dari sisi nutrisi, urbanisasi cepat dan terburu-burunya perencanaan mengakibatkan banyaknya food desert, adalah kurangnya kanal masyarakat terhadap masakan yang murah dan bernutrisi. Menurut riset di Amerika Serikat, lebih dari 23.5 juta orang mengalami tanda-tanda food desert ini, yakni tidak ada swalayan dalam radius satu mil dari rumah mereka.





Food desert pada negara maju biasanya berkorelasi dengan keberadaan restoran cepat saji dan convenience store yang cuma memasarkan masakan cepat saji atau kuliner bungkus.





Food desert lazimnya terletak di komunitaas-komunitas menengah kebawah dan memiliki banyak workaholic baik yang natural maupun yang terpaksa. Karena mereka ingin menghemat duit dan perlu cepat dalam membeli makanan, restoran cepat saji dan toko yang menjual kuliner kemasan menjadi marak disana.





 



Kualitas Udara





Laju urbanisasi yang cepat dan terjadi dalam skala besar juga berkorelasi kepada penyakit pernafasan dan asma. Menurut observasi di Brazil, seiring dengan transisi penduduk dari daerah rural ke tempat urban, risiko terkena penyakit pernafasan mirip asma meningkat. Hal ini terjadi karena mereka menghirup lebih banyak polutan udara daripada penduduk yang tinggal di desa.





Polutan seperti Nitrogen Dioksida (NO2), Karbon Oksida (CO), dan material-material partikulat yang memiliki diameter kurang dari 2.5 mikrometer (PM2.5) dikeluarkan oleh asap kendaraan bermotor dan juga asap industri.





Karena di kota terdapat berbagai kendaraan bermotor dan area industri, maka penduduk kota banyak yang terkena penyakit pernafasan yang disebabkan oleh polutan tersebut.





Buruknya mutu udara di wilayah perkotaan mampu menghapus pengaruh faktual dari jalan masuk dan kualitas infrastruktur kesehatan yang lebih baik di kawasan perkotaan.





Untuk menghemat polutan udara di wilayah perkotaan, diharapkan framework dan peraturan khusus yang mampu meminimalisir emisi polutan dan menyediakan penyelesaian untuk memperbaiki kualitas udara.





Framework ini lalu menjadi peran berat dari para arsitek, perencana, insinyur, serta peneliti di bidang lingkungan, bagaimana cara mengurangi polusi di daerah perkotaan.





 



Aktivitas Fisik





Salah satu efek kasatmata urbanisasi dalam bidang kesehatan dan sosial ialah meningkatkan aktivitas fisik dibandingkan dengan kawasan rural. Keberadaan jalur pejalan kaki, tempat fitness, dan kemudahan meraih lokasi kerja tanpa kendaraan langsung menciptakan mayoritas masyarakatkota lebih sehat bila daripada masyarakatrural.





Selain itu masyarakatyang tinggal di kawasan rural juga memerlukan waktu lebih usang untuk berangkat kerja dan pulang bila dia berkerja di perkotaan. Hal ini membuat waktu luang mereka lebih sedikit sehingga waktu untuk berolahraga pun sedikit.





Namun observasi ini dilaksanakan di Amerika Serikat, di Indonesia, mungkin saja kegiatan fisiknya sama dengan yang di kawasan rural, atau bahkan lebih rendah, untuk mengenali secara pasti perlu dilakukan observasi lebih lanjut.





Secara lazim penulis oke bahwa masyarakat di daerah perkotaan aktivitas fisiknya lebih tinggi bila ketimbang kawasan suburban dan rural. Namun yang perlu di garisbawahi adalah definisi suburban dan rural ini, alasannya adalah masih banyak yang tidak dapat membedakannya.





 



Sosial





Urbanisasi memiliki korelasi yang cukup berpengaruh dengan tindak kejahatan. Semakin terurbanisasi sebuah wilayah, maka biasanya semakin tinggi pula tingkat kejahatannya. Alasan paling gampang mengapa terjadi banyak tindak kejahatan di kota yaitu karena terdapat banyak barang barang yang mempunyai nilai tinggi dalam radius yang kecil, sehingga mereka dapat mencuri banyak hal sekaligus.





Berdasarkan generalisasi diatas, wilayah yang paling beresiko tindak kejahatan yakni pemukiman mewah dan pemukiman yang tidak ada pengawalan dari instansi penjagaan (satpam, polisi, hansip) atau dari warga itu sendiri (ronda malam).





Terdapat pula sentiment ketidakadilan dari warga-warga kelas menengah kebawah yang merasa dirugikan oleh kelas atas. Mereka mengalami hidup yang merepotkan dan ketika melihat pola hidup glamor dari penduduk kelas atas, mereka pun menjadi kesal. Kekesalan ini mampu berujung kepada tindakan melawan hukum kepada kalangan menengah keatas dan pemilik usaha.





Menurut observasi, terdapat relasi antara kejahatan dengan tingkat pendidikan, pemasukan, ketidakmerataan pemasukan, dan jumlah populasi. Terdapat pula relasi meskipun lebih lemah antara kejahatan dengan angka pengangguran dan jumlah polisi/penegak hukum. Semakin banyak angka pengangguran, maka kejahatan akan bertambah banyak, sedangkan bertambah banyak polisi, maka kejahatan akan kian sedikit.





Tindak kejahatan juga dapat menciptakan tindak kejahatan yang lain. Ketika terjadi tindak kejahatan maka warga akan merasa khawatir dan jikalau terjadi cukup banyak tindak kejahatan pada sebuah lokasi, banyak warga yang akan pindah. Kepindahan ini dapat menghancurkan kohesi sosial dan rasa guyub dari suatu komunitas, sehingga menurunkan kendali sosial. Ketika kontrol sosial melemah, semakin mudah bagi penjahat melakukan kejahatan.





 



Lingkungan





Dari segi lingkungan, urbanisasi disinyalir selaku pemicu dari adanya urban heat island. Urban heat island terjadi saat kawasan kota dan industrial memproduksi dan menyerap panas, sehingga suhu di sekeliling daerah tersebut berkembangcukup drastis.





Selain urban heat island, urbanisasi juga kerap menjadikan degradasi lingkungan perairan, ketika terjadi hujan, polutan kimia yang banyak berada di udara perkotaan terserap, dibawa lewat akses air, dan dilimpahkan ke perairan. Air yang sudah tercemar tersebut menurunkan mutu air dan menghancurkan ekosistem perairan.





Limbah deterjen dan sabun jika tidak disaring dan diolah apalagi dulu di pusat pengolahan limbah dapat menimbulkan algae bloom di daerah perairan. Kandungan unsur hara (N,P,K) yang tinggi di deterjen menciptakan perairan tersebut menjadi subur dan menyebabkan perkembangan alga, sehingga mengakibatkan eutrofikasi perairan.





 



Referensi





Waugh, David (2014). Geography an Integrated Approach, Fourth Edition. Oxford University Press





Urbanization



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)