Thursday, May 21, 2020

Puisi Pendidikan

Puisi Pendidikan – Halo sobat dosenpintar.com kembali lagi penulis akan membagikan sebuah artikel kali ini akan membahas tentang Puisi Pendidikan. Akan ada berbagai jenis puisi pendidikan yang akan penulis bagikan untuk sobat semua. Nah tidak perlu lagi berlama-lama, untuk sobat yang sudah penasaran dengan berbagai puisi ini langsung saja sobat simak artikel berikut dibawah ini.


puisi pendidikan
puisi pendidikan


Contoh Puisi Pendidikan



Berikut dibawah ini beberapa contoh puisi mengenai tentang pendidikan, antara lain.


Puisi Tentang Ilmu Yang Bermanfaat


Carilah Ilmu yang Bermanfaat bagimu


Usia yang belia adalah saat cemerlang dalam hidup


Engkau mempunyai banyak waktu


untuk dapat menuntut ilmu


mempelajari secara serius segala sesuatu yang memiliki manfaat


 


Tanyakan kepada kedua orang tuamu


atau mungkin gurumu


Selain dari pendidikan formal


ilmu apa yang wajib kita punya


untuk dapat menjalani masa depan terbentang pada mata


Beruntunglah jika engkau masih muda dan belia


Contoh Puisi Tentang Pembelajaran Online


Ku kira ini libur panjang yang menyenangkan


Ternyata aku salah.. ini bukan libur


Aku melakukan semua hal yang biasa terjadi diluar


Namun harus kembali ku lakukan di rumah saja.


 


Belajar yang membuatku kesal ketika datang kesekolah


Yang awalnya aku bersyukur tidak harus datang kesekolah


Kini aku merasakan tanpa banyak teman tanpa bimbingan guru


Aku bukan apa apa. Dan aku bisa apa ?


 


Bumiku cepatlah membaik, bukan hanya ekonomi namun mental


Bumiku cepatlah pulih, kami yang menumpang di atasmu


Rindu akan damainya melakukan semua hal bebas tanpa


Takut akan tertular sakit yang mewabah.


Sekali lagi cepat pulih bumiku.



Guruku Pahlawanku


Guruku Pahlawanku


Andai matahari tak ada

Dunia akan beku dan bisu

Disaat titik rasa ketakutan itu menghampiri

Terlihat berbagai setitik sinar yang dicari

Yang akan keluar dari sudut bibirmu

Dan dengan gerak-gerik tubuhmu yang ada

Engkau akan di sinari jalan ketika itu buntu

Yang hampir dapat menjerumuskan jaman kami

Engkau yang terangi bersama lentera ilmu jua

Yang kemudian tak ada bakal sirna di terpa oleh angin usia


Guru……..

Engkau pahlawan yang tak pernah mengharapkan balasan

Disaat murid tak mendengarkan mu

Engkau tak mengeluh dan tak pernah menyerah

Untuk edukatif bagi kami

Darimu kami mengenal berbagai hal

Tentang mana warna yang disebut indah

Tentang garis yang disebut lurus

Juga tentang kata yang dapat kami dibaca

Engkau yang mengakibatkan hidup berarti



Majulah Terus Siswa Indonesia


Majulah Terus Siswa Indonesia


Dengar, dengar, dan ingat dengarlah isi tulisan ini

Hanya kepadamu kami harapan ku sandangkan

Hanya kepadamu berbagai cita- cita dipertaruhkan

Tak tersedia yang tak barangkali untuk dan bagimu


Bangkitlah serta melawan arus yang mendera

Kuasailah dirimu dengan sikap optimis

Paculah laju kudamu bertahap lalu sekencang-kencangnya

Lawanlah banyak bebatuan terjal yang dapat mengusik di jalanan


Ingat, Engkau adalah sebuah harapan, engkau adalah jaman dimasa depan Masa depan yang tersedia di tanganmu

Harapan yang terpendam tersedia tepat pundakmu

Nasib bangsa engkau yang akan menentukan



Puisi Pendidikan Suara Masyarakat


Anak Kami


Kamu satu diantara berpuluh


Engkau harapan, doa serta impian kami


Dari hari pertama kau dinyatakan hadir


Tak dapat diceritakan membuncah rasa bahagia


 


Kamu anak kami, tumbuh dengan baik ya.


Kami selalu berdoa untuk bahagiamu


Untuk sehatmu dan untuk kehidupanmu


Kasih sayang ini tak usah kau ragu


Tak ada kasih sayang yang dapat menandingi


Semua rasa cinta untuk kamu anak kami.



Puisi Pendidikan Tentang Masalah


Dimana Ekor Dimana Kepala


Lempeng besi


Terpanaskan dengan menerima berbagai pukulan


Samurai ku harap bukan akhir pedih ini


Tajam, yang berkilau terangi seluruh Negeri


Babat dari kebodohan mati dengan tebasan samurai


Percikan api ini terimalah


Peluh bercucuran air mata yang tak lagi dapat keluar


Tak akan ada patokan waktu untuk ku mohon bersabarlah


Kayu bakar dapat dikumpulkan


Perih mari bagi rata


Aku tiga kau juga ambillah tiga


Pengertian yang aku harap, harapan yang kosong


Pukulan keras ini tak hanya akan di lempeng besi


Memukul dengan satu sisi untuk dapat melukai yang lain


Pertikaian dengan dalam hening yang bersahut-sahutan


Mana kepala mana juga ekor


Ekor yang membelit kepala yang menggigit



Pahlawan Tanpa Tanda Jasa


Pahlawan Tanpa Tanda Jasa


Pahlawan tanpa tanda jasa

Ialah Guruku

Yang edukatif untukku

Yang membekali berbagai ilmu

Dengan tulus dengan sabar


Senyummu yang mengimbuhkan dorongan kami

Menyongsong masa depan lebih baik

Setitik deras peluhmu


Menandakan bahwa sebuah perjuangan besar

Untuk para murid-muridnya

Terima kasih para Guru


Perjuanganmu yang amat besar maknanya bagiku

Tanpamu aku tak mengerti tentang dunia

selamanya akan ku panjatkan doa Terimakasih ohh Guruku



Puisi Pendidikan Oleh Guru


Sudah Lupakan


Janji lama itu mari kita buang


Suara menggelegar yang ada ditengah pesta demokrasi


Katanya pengabdi, kelebihan kami menjadi tuan meski tidak lama


Pesta telah berakhir, kenangan juga hilang


Aku melupakan dan kamu lupakan pula ini


Kesakitan bukan milik kita, ku tahu


Ribuan dari kami, beberapa dari kalian


Kami akan pelajari banyak hal kembali


Memahami masalah membuat mereka dapat mengerti


Mengukir pondasi yang akan terlihat


Seberapapun mengerti, atau tak ada yang akan dipahami


Tentang janji, lebih baik kamu tuli



Jam kosong kami bahagia


Jam kosong kami bahagia


Betapa bahagia pelajar kini

Jam kosong tak ada guru yang datang disini

Telah menjadi tradisi lumrah menurut kami kami

Merekah senyum bahkan tertawa bahagia sana sini

Dan ada di sudut kiri

Guru menyibukkan diri; melupa kami


Ada yang senyum dari terbangun dari tidurnya

Ada yang membaca buku kemudian menertawakannya

Begitulah kami pelajar

Pelajar generasi anak bangsa negeri ini

Yang gembira tiada henti dan tak terkira

Kala jam kosong tak terganti apapun jua.



PR Kemarin Sore


PR Kemarin Sore


Menari-nari mereka meninggalkanku


Sekuat tenaga aku tangkap menjadi satu


Menata mereka rapi supaya kau tak marah dan menghilang


Berputar-putar mengubah fantasi indah


Sudahlah aku tengah menyerah


Kubawa penuh kasih dalam peristirahatan


Ijinkan aku malam ini untuk damai


Ku tahu sedikit saja aku bersantai


Besok petaka mendatangiku


Baiklah aku kalah, ku buka lagi lembaran lusuh ini


Agar besok pagi aku tak apa disini



Aku Titipkan


Aku Titipkan


Untuk kalian manusia berpendidikan


Pemilik tugas yang mulia penumbuh tunas muda


Aku si tulang pendek berkulit tua


Berakal yang kerdil,


Utara dan selatan aku tak tau itu beda


Berjalan dengan merangkak kubawa sebuah harapanku


Berat beban mereka para anak-anakku


Aku yang disini bersuara lirih


Ajarkan mereka lagu-lagu kebahagian untuknya, kumohon


Buatlah mereka bernyanyi dengan ceria


Lusuh, aku tidak memiliki seragam


Telanjang kaki, aku bahkan tidak mempunyai sepasang sepatu


Kepada kalian yang memiliki pendidikan


Harta paling berharga ini aku titipkan


Sebatas mimpi milikku aku percayakan pada kalian yang berpendidikan



Pahlawan Pendidikan


Pahlawan Pendidikan


Kamu menghentam gelap


Tak kudengar bunyi alunan


Kamu tetap maju menghalau gelap


Olehmu mereka tau dunia


Olehmu mereka pandai mengira


 


Mereka memiliki tujuan akan dunia yang kau buka


Akupun berdiri oleh sandaranmu


Ku ucapkan ribuan terima kasih


Meski aku tau tak akan dapat membalas jasamu


Untuk pahlawan pendidikan


Jasa kalian terkenang dan semoga mendapat balasan



Tina Hitamku


Tinta Hitamku


Sunyi, gersang, alunan redup…

Itulah diriku

12 tahun mengemban ilmu, dengan berbagai rasa pilu

Diriku ini insan biasa, masih kaku dalam pencarian

Aku ingin bangkit, bangkit dan kemudian bangkit

Demi kemenangan sejati

12 tahun telah bersama tinta hitam, menoreh tak terhingga kata


Cukup menjadi acuan dalam menjalani kehidupan

Di negeri ini aku berhasil menuntut ilmu, mencari titik temu


Tinta hitam bersama setumpuk ribuan buku

Kini akan menjadi saksi bisu perjalananku

Mencapai berbagai nilai sempurna

Tak perlu bersandiwara untuk dapat menjadi perwira

Benar, aku memang harus lebih giat

Giat untuk menggapai sukses kiat-kiat

Jangan kamu biarkan otak membeku menjadi abu

Asahlah kemudian layaknya pisau tajam

Yakin bahwa dengan itu masa depan tepat di depan mata.



Ujung Meja Reot


Ujung Meja Reot


Tersudut, aku tak lagi dipandang


Terganti oleh kehadiran kalian, sayup mataku dipandang


Berusaha jaya tetapi merasa tidak pernah aku dianggap


Terpojok,


Betapa membosankan hidupku ini


 


Kertas-kertas yang lecek bergambar tinta merah


Nyalanya yang menyulut amarah bapak


Kata sayang kini berubah makian


Sentuhan yang lembut secepat kilat hilang


 


Meja reot bertiang piala serta medali


Dia lemah, tak ada lagi kesombongan dari kilau emas


Aku ingin pulang sebelum mencapai angka lima


Empat tiga atau mungkin dua


Bolehkan aku tetap menjadi putri kecil mak?


Kecil untuk menjadi besar, dan bodoh untuk menjadi  pintar, balas makku


Ahh..


Emak tak pernah aku salahkan


Gedung tua pun aku disini lebih lama


Gambar jam bersama semua jarum dengan diangka dua belas


Tekun yang kubuat mereka tepat di atas meja


dan sampul buku-buku itu sangat berat



Bu Guru, Maaf


Bu Guru, Maaf


Sengaja aku tidak ikut masuk


Menahan lara  kamu yang menyayat kejam


Jika harga diri sebatas bilangan angka-angka


Nominal yang tinggi kau tak akan mampu membeli


Lupakan serta jangan anggap aku ini ada


Suatu isyarat damai aku terima


Mata yang dibalik dari dua mata


Kenapa memang harus memandang diriku


Apabila baris yang terakhir akan menjadi penutup


Usaikan saja apa saja dikelasku hari itu


Aku tidak ingin pulang dan datang lagi


Aku senang jika aku tidak kembali


Taman bermain yang tak seindah berbagai mimpi


Bidadari yang menjadi taring dengan berbagai kuku panjang


Kasih? Yang ku pikir itu akan menjadi berlebihan


Aku benci banyak mata yang mengawasi



Mana Gaji Kami?


Mana Gaji Kami?


Dalam hati ku terbayang


Menangis anak menahan lapar


Kami tetap berdiri tegar tegak dibarisan terdepan ini


Kata mereka yang melihat betapa beruntungnya ..


Sedang atap yang kami tak mampu menahan badai gerimis


Lantai yang berlubang tua dalam perjuangan


Dan banyak rumah-rumah tanpa adanya ventilasi


Mimpi yang tetap terajut benang yang terlepas


Doa mereka selalu kami amini


Berat beban yang ada di pundak keropos


Berdiri kokoh dengan jiwa doyong terhuyung yang lemah


Rasa lapar ini cambuk dalam kesakitan


Tersenyum lah kami penuh dengan ketabahan



Demikianlah pembahasan mengenai tentang Puisi Pendidikan, semoga bermanfaat dan semoga dapat memberikan berbagai wawasan baru untuk kita semua.


Baca Juga :




Sumber er.com


EmoticonEmoticon