Selasa, 30 Juni 2020

Pemberontakan Di/Tii: Latar Belakang, Tujuan, Dan Lokasinya


Pemberontakan DI/TII merupakan salah satu pemberontakan yang cukup berbekas di ingatan rakyat Indonesia pada ketika itu. Hal ini terjadi sebab gerakan ini terjadi dalam waktu yang usang dan menyantap banyak korban.





Setelah Indonesia merdeka, perjuangan bukannya menjadi lebih gampang malah menjadi lebih sulit bagi para hero nasional.





Sekarang, pemberontakan justru berasal dari dalam negeri dimana ada kalangan-kelompok masyarakatyang tidak puas dengan ideologi yang digunakan oleh pemerintah.





Pemberontakan tersebut disebut dengan pemberontakan DI/TII yang berpusat di beberapa kawasan.





Beberapa daerah yang menjadi pusat pemberontakan ini antara lain Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Barat dan juga Aceh.





Setelah mendapatkan perlawanan yang alot dari banyak pihak, kesannya pemberontakan tersebut berhasil digagalkan dan pemerintah Indonesia kembali berdaulat.






Latar Belakang Pemberontakan DI/TII





Pemberontakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia yang lalu disingkat sebagai DI/TII ialah gerakan politik yang mulanya berkembang di Tasikmalaya.





Pemberontakan DI/TII berakar dari diproklamasikannya Negara Islam Indonesia pada 7 Agustus 1949. Hanya berselang bertahun-tahun setelah Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.





Gerakan ini diawali dari desa kecil di Tasikmalaya dimana pendirinya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo membentuk gerakan ini.





Pemberontakan ini terjadi di beberapa daearah, salah satu yang paling terkenal yakni di Jawa yang dipimpin oleh Kartosuwiryo dan di Aceh yang dipimpin oleh Daud Beureuh.





Latar Belakang Pemberontakan DI/TII Jawa Barat





Latar Belakang Pemberontakan DI/TII Jawa Barat




Pergerakan DI/TII di Jawa Barat mempunyai tujuan utama mengakibatkan Indonesia sebagai Negara Islam yang merujuk pada di proklamasikannya Negara Islam Indonesia (NII)  dibawah pimpinan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.





Kartosoewiryo kecewa kepada kontrakRenville yang dianggap melecehkan harkat dan martabat para pejuang kemerdekaan. Pada persetujuanini, Indonesia dipaksa untuk menyerahkan Jawa Barat terhadap pihak Belanda.





Sebelum pemberontakan DI/TII berlangsung, Kartosuwiryo merupakan seorang tokoh politik di Partai Sarekat Islam Indonesia, sehingga mempunyai pengalaman di bidang politik.





Di partai tersebut, Kartosuwiryo fanatik dengan agama islam dan mempunyai pandangan politik hijrah yang harus diterapkan dalam kepemimpinannya.





Gerilyawan DI/TII tidak cuma berasal dari Jawa Barat, melainkan dari kawasan Indonesia lain yang disatukan dalam bendera NII.





Selain bergerak alasannya satu kesatuan ideologi, gerilyawan ini juga menerima hasutan dari pemimpin pemberontakan dan gerilyawan yang berasal dari Jawa Barat.





 



Latar Belakang Pemberontakan DI/TII Aceh





Selain di Jawa Barat, salah satu gerakan DI/TII yang juga cukup terkenal yaitu pemberontakan DI/TII di Aceh yang dikomandani oleh Daud Beureuh.





Sedikit berlawanan dengan Jawa, pemberontakan di Aceh bersumber dari kekecewaan penduduk Aceh terhadap para pemimpin dan pemerintah Indonesia atas rencana peleburan Aceh masuk ke dalam Sumatera Utara.





Peleburan tersebut dianggap mengkhianati usaha penduduk Aceh yang sungguh panjang selama kurun Revolusi Kemerdekaan Indonesia mulai dari tahun 1945 hingga 1950.





Masyarakat Aceh juga menghendaki Aceh dapat diberikan otonomi khusus dalam menerapkan aturan Islam. Dengan masuknya Aceh menjadi bab Sumatera Utara penduduk Aceh menganggap pemerintah menolak undangan ini.





Kekecewaan inilah yang mengakibatkan pecahnya pemberontakan DI/TII yang dimulai di Aceh pada tanggal 20 September 1953.





Pemberontakan DI/TII di Aceh mulai menerima momentum dibawah pimpinan Daud Beureueh sehabis menyatakan proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia.





Deklarasi ini juga menyatakan bahwa NII Aceh menjadi bab yang tidak terpisahkan dari NII di dibawah kepemimpinan Imam Besar NII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.





Daud Beureuh menjadi tokoh sentral dalam pemberontakan DI/ TII di wilayah Aceh. Terlebih Ia ialah seorang pemimpin yang disegani oleh rakyat Aceh alasannya jasanya pada kala perang kemerdekaan Indonesia.





Sepak terjang Daud Beureuh saat memimpin pasukan kemerdekaan melawan agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947 memang hebat.





Karena namanya yang telah besar di hati rakyat Aceh, Daud Beureuh tidak mengalami kesulitan untuk menghipnotis penduduk sampai pejabat pemerintahan Aceh untuk mendukung perjuangannya.





 



Kronologi Pemberontakan DI/TII





Kronologi gerakan DI/TII




Proses erikut ialah citra singkat kronologi dari pemberontakan DI/TII di Indonesia





  1. Pada 17 Agustus 1949 di Tasikmalaya, Kartosuwiryo sebagaipemimpin NII menginformasikan bahwa negara islam indonesia sudah berdiri di Indonesia. Kartosuwiryo juga memutuskan bahwa Darul Islam merupakan gerakan politik, sedangkan tentaranya disebut selaku Tentara Islam.
  2. Gerakan dan pemberontakan DI/TII kemudian menyebar dari Jawa Barat, karena Pasukan Siliwangi yang sebelumnya berada di kawasan tersebut sedang berpindah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta alasannya adalah akibat dari perundingan Renville.
  3. Gerakan tersebut memperabukan dan menghancurkan rumah penduduk, membongkar jalan kereta api, dan menyiksa serta merampok penduduk yang tinggal di kawasan tersebut
  4. Pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat, dan kelompok DI/TII berhadapan dengan mereka. Kerusuhan terjadi hingga tahun 1961 dengan jumlah korban yang cukup besar.
  5. Tahun 1962 Kartosuryo selaku pimpinan DI-TII tertangkap dan dijatuhi eksekusi mati oleh pemerintah. Inilah yang kemudian menjadi penyebab runtuhnya kekuatan NII di Jawa Barat.




Akan tetapi pemberontakan DI/TII tidak selsai disana, walaupun NII telah runtuh namun gerakan Darul Islam tetap ada sampai 15 tahun kemudian.





Akar-akar ideologis dari gerakan inilah yang lalu menjadi penyebab kenapa gerakan ini bisa meluas ke daerah lain dan menjadi sukar untuk ditumpas oleh serdadu.





 



Tujuan Pemberontakan DI/TII





Tujuan pemberontakan DI/TII




Sebagai suatu gerakan politik, gerakan DI/TII ini berusaha untuk membentuk sebuah negara yang didasari akan syariat Islam dan juga bebas dari imbas Belanda.





Secara lebih spesifik, tujuan dari pemberontakan ini antara lain yakni untuk





  1. Membentuk Negara Islam Indonesia atau NII secara berdaulat dan diakui oleh negara lain serta aturan internasional, baik secara de jure ataupun de facto
  2. Menjadikan Indonesia sebagai negara dengan dasar syariat Islam
  3. Menjadikan aturan Islam selaku aturan negara Indonesia, yakni dengan menggunakan dua sumber utama dari al-quran dan juga hadist
  4. Mengubah undang-undang dan konstitusi yang telah ada agar berbasis syariat Islam.
  5. Menolak ideologi dan aturan lain selain al-quran dan hadist, selain kedua itu maka termasuk dalam ideologi kafir dan dihentikan diikuti




Hal ini disayangkan karena DI/TII yang awalnya merupakan jihad melawan kolonialisme belanda berubah menjadi gerakan radikal.





Padahal, kita tahu bahwa Indonesia mempunyai keberagaman agama yang sungguh tinggi dengan 6 agama besar yang diakui oleh negara. Oleh sebab itu, tidak bijak mengistimewakan satu agama diatas agama lainnya secara ketatanegaraan.





 



Gerakan Pemberontakan DI/TII yang Pernah ada di Indonesia





Seperti yang sudah dijelaskan diatas, gerakan DI/TII terjadi di beberapa wilayah Indonesia, tidak hanya di Jawa Barat dan di Aceh saja. Wilayah-kawasan ini mempunyai argumentasi yang berlainan-beda kenapa mereka ingin bergabung dengan NII.





Meskipun begitu, tujuan biasanya yaitu sama yakni membentuk suatu negara yang didasari oleh aturan dan syariat Islam serta mengganti Pancasila serta UUD1945 dengan Qur’an dan Hadits.





Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah





Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah




Di Jawa Tengah pemberontakan DI/TII dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu yang basisnya terletak di Tegal, Brebes, serta Pekalongan. Pasukan yang bergerak di bawah gerakan ini disebut sebagai pasukan Hizbullah dan resmi didirikan di Tegal tahun 1949 pada 23 Agustus.





Amir Fatah juga merupakan anggota DI/TII yang dibentuk oleh Kartosuwiryo di Jawa Barat dan termasuk dalam pasukan Batlion Syarif Hidayat Widjaja Kusuma.





Pada tahun 1960 bulan Januari, pasukan dari Indonesia, yakni Komandan Gerakan Banteng Negara yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Yani, Letnan Kolonel Sarbini, dan Letnan Kolonel Bachrum ditugaskan untuk menumpas gerakan ini.





Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah ini juga terjadi di daerah Kebumen dengan pimpinan Moh, Mahfudh dalam gerakan Angkatan Umat Islam atau AUI.





Pemberontakan tersebut sukses ditumpas tahun 1957 oleh gerakan banteng negara dalam operasi militer penumpas pemberontakan.





 



Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan





Pemberontakan yang terjadi di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar, dengan latar belakang yang berlainan dari dua pemberontakan negara Islam dan Darul Islam sebelumnya.





Pada tahun 1950, Kahar Muzakar mengirimkan surat terhadap pemerintahan sentra. Dalam surat tersebut dia menekankan pembubaran Kesatuan Gerilyawan Sulawesi Selatan dan mengalihkannya ke pasukan APRIS yang berada dibawah komandonya.





Kahar Muzakar juga ingin pasukan gerilya yang berasal dari Sulawesi Selatan dan lainnya berada dalam satu komandonya.





Akan namun, pemerintah menolak tawaran tersebut sebab para gerilyawan ini dianggap kurang patut selaku pasukan militer. Pemerintah pun mengalokasikan merkea kedalam Corps Tjadangan Nasional.





Tidak terima dengan keputusan ini, Kahar Muzakar dan pengikutnya pun menciptakan kekacauan di aneka macam tempat sebelum akibatnya kabur ke hutan belantara Sulawesi.





Pada tahun 1952, Kahar menyatakan Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia atau NII.





Untuk memberantas pemberontakan yang dikerjakan oleh Kahar butuh waktu sekitar 14 tahun alasannya adalah penumpasan dilaksanakan di daerah yang tidak ajaib bagi pasukan Kahar.





Akhirnya di tahun 1965, pemberontakan tersebut mulai padam dengan adanya gencatan senjata dengan pasukan Indonesia. Kahar sendiri kemudian tewas tertembak dalam upaya pencariannya.





 



Pemberontakan DI/TII di Aceh





Daud Beureuh merupakan tokoh pemberontakan DI/TII di Aceh




Terdapat banyak aspek yang menimbulkan pemberontakan DI-TII terjadi di Aceh, namun sebagian besar karena Aceh ingin menerima wilayah otonomi yang menjadi milik mereka sebelumnya.





Gerakan DI TII yang ada di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureuh yang menyatakan bahwa Aceh menjadi wilayah NII dan menetapkan korelasi dengan Jakarta pada 21 September 1953.





Butuh waktu yang usang sebelum pemberontakan di Aceh berhasil ditumpas. Setelah berakhir dan pulih, kesudahannya Aceh menerima titik terperinci dan kembali aman.





Demikianlah klarifikasi mengenai pemberontakan DI-TII yang ada dan pernah terjadi di Indonesia. Kebanyakan pemberontakan tersebut terjadi alasannya tidak puasnya banyak pihak, terutama di daerah regional tertentu yang tidak puas dengan kebijakan pemerintah sentra.





 



Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan





Terdapat pula pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Pada bulan Oktober 1950, pasukan pemberontak ini mengacaukan ketenteraman dengan menyerang markas ABRI dan juga polisi pada saat itu.





Untuk menangani hal ini, pemerintah menerapkan kebijakan damai dengan Ibnu Hadjar. Beliau beserta pengikutnya diberikan potensi untuk menyerah dan diterima selaku ABRI.





Merespons hal ini, Ibnu Hadjar sempat mengalah, namun jadinya kabur dan mengawali lagi gerakan pemberontakan ini. Oleh sebab itu, pemerintah terpaksa mengizinkan intervensi bersenjata dari pasukan ABRI dan polisi.





Pada akhir tahun 1959, Ibnu Hadjar beserta seluruh komplotan DI/TII di Kalimantan Selatan sudah tertangkap, tertembak, dan dihukum mati oleh pasukan pemerintah.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon