Saturday, June 6, 2020

Zaman Perunggu: Pemahaman, Sejarah, Ciri, Dan Peninggalannya


Zaman perunggu ialah kurun dimana manusia telah memahami cara untuk mengolah bijih-bijih perunggu untuk dilebur dan dicetak menjadi alat-alat sehari-hari.





Oleh alasannya itu, sebagian besar peralatan yang ada dibentuk menggunakan bahan dasar perunggu. 





Fase ini ialah abad pertama dari zaman logam, sebelum zaman besi. Periode ini juga termasuk kedalam zaman megalitikum dan terjadi sesudah zaman neolitikum.






Pengertian Zaman Perunggu





Zaman perunggu ialah kala pertama dari 2 kala yang ada pada zaman logam di Indonesia. Periode ini terjadi sekitar 2800 tahun sebelum masehi.





Dimulainya masa ini ditandai dengan adanya fusi antara tembaga dan timah menjadi bahan perunggu.





Pada zaman inilah, dimulai adanya peradaban serta hadirnya divisi sosial dalam penduduk .





Muncul pula kelompok-golongan penduduk yang memiliki kemampuan khusus dan berkonsentrasi pada pengolahan logam-logam. Kelompok inilah yang menjadi cikal bakal pengrajin logam.





Keberadaan kelompok penduduk ini merupakan hasil dari kehidupan yang telah menjadi sedenter menetap di rumah-rumah permanen.





Adanya golongan-golongan dengan keterampilan khusus ini merupakan salah satu argumentasi mengapa zaman logam dan zaman perunggu secara spesifik masuk kedalam masa perundagian.





 



Sejarah Zaman Perunggu









Diyakini bahwa dominan kebudayaan logam di Indonesia berasal dari manusia-manusia purba Deutro Melayu yang tergabung dalam kebudayaan Dongson.





Kebudayaan ini berasal dari kawasan lembah Song Hong, ialah sebuah kawasan di dekat teluk Tonkin, Vietnam.





Wilayah ini merupakan pusat kebudayaan logam di Asia Tenggara, sehingga tidak aneh bila kebudayaan logam di Indonesia sungguh dipengaruhi oleh kawasan ini.





Peninggalan kebudayaan pada zaman perunggu di Indonesia didapatkan di aneka macam wilayah di Indonesia, diantaranya Jawa, Papua, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Sumatera.





Waktu persebaran kebudayaan ini bersama-sama dengan waktu perpindahan ras Papua Melanosoid yang lewat jalur timur dan barat menggunakan kapal bercadik.





Pada awalnya ras tersebut tinggal di sekeliling pantai yang ada di sebelah timur Pulau Jawa dan Sumatera, akan namun saat memasuki zaman Mesolitikum masyarakat ras tersebut terdesak dengan eksistensi ras Deutro Melayu.





Kebudayaan proto melayu dan Bacson Hoabinh yang masih mengandalkan alat-alat batu makin terdesak dengan munculnya Deutro Melayu dari Dongson yang menenteng teknologi pembuatan perunggu mutakhir.





Hal inilah yang menimbulkan mereka terpaksa pergi menuju ke tempat Indonesia Timur. Mereka kemudian menetap di daerah bukit kerang dan gua-gua.





 



Ciri-Ciri Zaman Perunggu





Zaman perunggu mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan zaman watu ataupun zaman besi. Ciri-ciri tersebut antara lain adalah





  • Pemahaman Teknik Pengolahan Perunggu
  • Sudah Mengenal Status Sosial
  • Terdapat Ritual Pemakaman
  • Kegiatan Ekonomi yang Maju
  • Banyak Muncul Kerajinan Tangan




Agar kalian lebih paham, dibawah ini akan dijelaskan secara lebih lanjut tentang ciri-ciri yang sudah disebutkan diatas





Pemahaman Teknik Pengolahan Perunggu









Senada dengan namanya, manusia pada zaman ini telah mengetahui dengan baik cara untuk membuat perunggu, melelehkannya, serta mencetaknya menjadi alat-alat sehari-hari.





Pemahaman mengenai teknik pengolahan perunggu ini berasal dari insan-manusia deutro melayu yang tiba dari kawasan Song Hong di Vietnam.





Sekarang, mereka kita kenal selaku insan yang berasal dari kebudayaan Dongson.





Munculnya kelompok-kelompok dengan kemampuan khusus ini diduga disebabkan oleh gaya hidup manusia yang mulai bersifat sedenter sehingga tidak siapa saja mesti berburu.





Oleh karena itu, terdapat kalangan-kelompok yang mampu berfokus pada teknik pembuatan alat-alat, sehingga kesannya mampu mengolah logam.





Pada zaman ini, terdapat 2 tata cara utama untuk memproduksi alat-alat dari perunggu adalah teknik A Cire Perdue dan Bivalve.





Kedua tata cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda pula. Oleh alasannya itu, penggunaannya sangat bergantung pada suasana dan kebutuhan dari para pengrajin.





 



Munculnya Status Sosial dalam Masyarakat





Status sosial dan kasta telah mulai terbentuk sejak zaman neolitikum akhir dan makin diperkuat dengan adanya golongan-golongan yang bisa menempa logam.





Mereka kerap dianggap berstatus lebih tinggi di masyarakat sebab jasa dan ilmunya sangat dibutuhkan.





Ketika seseorang mampu menciptakan kerajinan berbahan perunggu dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan lainnya, maka dirinya juga mempunyai derajat yang tinggi di masyarakat.





Selain itu, berbagai jenis kerajinan yang dihasilkan penduduk menggunakan bahan perunggu menjadikan timbulnya perbedaan status sosial dalam kehidupan bermasyarakat.





Semakin banyak tambahan yang dimiliki, maka makin tinggi pula status sosial dari individu tersebut.





Hal inilah yang nantinya akan mendorong spesialisasi pekerjaan, sehingga ada pengrajin yang senantiasa membuatkan tekniknya, hingga mampu menempa besi pada zaman besi.





 



Adanya Ritual Pemakaman





Di zaman perunggu, terdapat suatu akidah untuk melakukan pemujaan terhadap orang yang sudah meninggal maupun mengadakan ritual pemakaman. Kuburan dan proses penguburan disiapkan secara kolektif.





Pada masa itu, rata-rata insan hidup selama 30 tahun. Jauh lebih rendah kalau ketimbang angka impian hidup insan pada zaman terbaru.





Adapun ritual pemakaman tersebut dibedakan pada 3 fase pada zaman perunggu.





Pada fase perunggu antik, proses penguburan dijalankan secara tolong-menolong tanpa memberikan identitas pada setiap jenazah. Kuburan tersebut letaknya tersebar, akan tetapi paling banyak ada di sekitar sungai.





Ketika memasuki fase perunggu sedang, kuburan sudah ditaruh di kawasan khusus, bentuknya telah berupa tumuli, dan letaknya pun jauh dari lokasi pantai.





Sedangkan di kala perunggu simpulan, penguburan telah beralih menjadi teknik kremasi.





 



Kehidupan Ekonomi Semakin Modern









Kegiatan ekonomi di kala ini ditopang dengan adanya pusat produksi kerikil dan logam, lumbung penyimpanan, serta aktivitas jual beli yang meningkat pesat.





Peningkatan pemasukan ini disebabkan dikarenakan insan sudah mulai memanfaatkan tenaga binatang seperti kerbau dan kuda selaku alat transportasi.





Hewan-binatang ini sungguh memudahkan insan dalam menempuh perjalanan jauh ketika akan melaksanakan perdagangan.





Kuda tersebut berfungsi selaku penarik gerobak, di mana gerobak tersebut berisi barang-barang yang mau diperdagangkan terhadap penduduk luas.





Di fase ini, perdagangan gelas dan garam juga sudah mulai bermunculan, di samping kerajinan perunggu yang cukup bervariasi.





Oleh sebab itu, muncul pula golongan sosial tertentu ialah selaku penjualbarang baik di dalam komunitas, antar komunitas, sampai antar kawasan.





 



Banyak Dibuat Kerajinan Tangan





Di zaman perunggu, bermunculan banyak pengrajin. Bahkan keberadaannya cukup dianggap penting di masyarakat.





Itulah mengapa pada periode ini bermunculan banyak sekali kerajinan, aksesori dan muncul pula pola dekorasi yang unik pada banyak sekali peralatan.





Beberapa kerajinan tangan yang cukup menarik dan kerap didapatkan oleh arkeolog antara lain yaitu kendi, mangkuk, gelas, pot, maupun perkakas rumahan yang lain.





 



Peninggalan Zaman Perunggu





Seperti yang telah diterangkan diatas, kehidupan sosial dan ekonomi insan pada zaman perunggu ini sudah sungguh maju. Oleh sebab itu, tak aneh jika mereka mempunyai peninggalan-peninggalan yang mempesona pula.





Berikut ini yakni beberapa peninggalan zaman perunggu yang kerap didapatkan oleh para arkeolog





  • Bejana Perunggu
  • Nekara
  • Candrasa
  • Moko
  • Kapak Corong
  • Arca Perunggu




Agar kalian lebih paham, akan diterangkan secara lebih rinci artefak-artefak tersebut dibawah ini





Bejana Perunggu





Bejana Perunggu




Bentuk dari ember perunggu ini hampir seperti dengan periuk, cuma saja lebih pipih dan langsing.





Dari baskom yang ditemukan di aneka macam kawasan yang berlawanan di Indonesia, ternyata dekorasi yang digunakan masih relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kemiripan kebudayaan dan selera seni hiasan.





Hiasan yang digunakan pada bejana tampak begitu indah alasannya memang didesain sebagai pernak-pernik penghias. Gambar yang dipakai umumnya yakni aneka macam bentuk geometri serta berbentukpilinan yang terlihat seperti aksara J. 





Di wilayah Indonesia, peninggalan zaman perunggu ini sukses didapatkan pada sekitar Danau Kerinci yang ada di Sumatera dan di daerah Madura.





 



Nekara









Pada zaman perunggu, nekara digunakan dalam upacara ritual keagamaan, adalah sebagai genderang dengan ukuran yang cukup besar. Beberapa upacara yang kerap menggunakan alat ini adalah, upacara pemanggilan hujan, upacara akhir hayat, serta jenis upacara yang lain.





Bentuk genderang ini terdapat penyempitan pada bab pinggangnya. Perlu diketahui bahwa nekara yang mempunyai ukuran yang paling besar berada di Pulau Bali. Nekara tersebut diberi nama The Moon of Pejeng.





 



Candrasa





Candrasa




Candarasa menjadi salah satu peninggalan dari zaman perunggu. Benda ini ialah sejenis kapak yang bentuknya hampir seperti dengan senjata.





Namun demikian, benda tidak cocok digunakan sebagai alat pertanian maupun alat peperangan. Hal ini disebabkan alasannya adalah alat tersebut tidak cukup kuat dan berpengaruh.





Peninggalan ini di Indonesia ditemukan di wilayah Bandung. Para peneliti memperkirakan bahwa alat ini digunakan dalam aktivitas upacara yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu.





 



Moko





Moko (drum) - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas




Moko merupakan suatu benda yang bentuknya juga nyaris sama dengan nekara, cuma saja ukuran moko lebih kecil daripada nekara.





Pada zaman perunggu, benda ini difungsikan menjadi salah satu benda pusaka yang biasa dimiliki seorang kepala suku. Benda ini pada abad itu juga selalu diwariskan keturunan pria seorang kepala suku.





Tak hanya itu, moko juga dipakai sebagai mas kawin dikala akan menikahi seorang wanita. Di Indonesia benda banyak ditemukan di daerah sekitar Pulau Alor dan Pulau Flores, tepatnya di daerah Manggarai.





 



Kapak Corong





Kapak corong




Kapak corong juga memiliki nama lain, yaitu kapak sepatu. Disebut kapak corong, alasannya memang bentuknya ibarat corong.





Biasanya kapak ini dipakai dalam upacara etika dan merupakan suatu alat kebesaran pada masa itu. Benda ini didapatkan di daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Pulau Bali.





 



Arca Perunggu





Arca perunggu




Benda ini memiliki bentuk yang cukup bermacam-macam, yang jikalau dikelompokkan terdapat dua bentuk yaitu hewan dan insan.





Ukuran arca perunggu ini juga sangat beraneka ragam, ada yang besar mirip insan, ada pula yang kecil dan memiliki cincin di bagian atas arca.





Cincin itulah yang dipakai untuk arca, dikala benda ini dimanfaatkan menjadi liontin. Benda ini ditemukan di Palembang, Limbangan, dan Bangkinang.





Di zaman perunggu telah banyak didapatkan banyak sekali jenis teknik untuk membuat banyak sekali alat, baik berupa kerajinan maupun benda fungsional.





Hal tersebut terlihat dari peninggalan yang ditemukan oleh para peneliti yang menyimpulkan bahwa benda yang mereka peroleh berasal dari periode ini.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon