Identifikasi duduk perkara adalah langkah yang sangat penting dalam proses observasi. Menemukan dan mengidentifikasi masalah yang sempurna sungguh penting dalam proses untuk meneliti dan menyelesaikan duduk perkara tersebut.
Identifikasi duduk perkara ini pada dasarnya yakni langkah selanjutnya setelah seorang peneliti menentukan sebuah fenomena yang akan diteliti. Langkah ini penting untuk memperinci apa saja yang bahu-membahu harus diteliti lebih dalam dari fenomena tersebut.
Identifikasi duduk perkara mampu dikerjakan dengan berbagai macam cara. Bisa dengan studi literatur, perbandingan dengan keadaan ideal, pengujian, ataupun dengan pengamatan pribadi.
Karena kiprahnya yang sangat vital dalam menentukan apa yang hendak diteliti dalam sebuah observasi, maka kenali persoalan ini biasanya ditaruh di permulaan-permulaan riset. Identifikasi masalah yang kurang tepat dapat membuat observasi tersebut berkurang validitasnya atau bahkan tidak berhubungan terhadap dilema yang ingin tertuntaskan.
Peneliti umumnya melakukan identifikasi persoalan dengan menjelaskan persoalan-problem apa yang ditemukan dalam sebuah fenomena. Masalah-masalah tersebut nantinya akan diukur dan dihubungkan dengan teori-teori sesuai dengan prosedur observasi yang ada.
Daftar Isi
Pengertian Identifikasi Masalah
Secara lazim, kenali problem ialah bab dari proses observasi yang mampu dipahami selaku suatu upaya untuk mendefinisikan duduk perkara yang ada dan menciptakan problem tersebut dapat diukur dan diuji. Mudahnya, kenali masalah ialah proses untuk menentukan apa saja yang menjadi bab inti dari sebuah observasi
Secara umum, kenali dilema berisikan 3 langkah ialah
- Menemukan dan masalah yang ada (Problem)
- Mengidentifikasi sumber masalah (Root cause)
- Menciptakan kalimat isu/kalimat permasalahan (Problem Statement) yang menerangkan persoalan yang sudah diidentifikasi
Pertama, kalian mesti menemukan dilema yang ada pada suatu fenomena atau sebuah daerah. Setelah itu, kalian perlu mengidentifikasi sumber permasalahannya, bisa jadi, urusan tersebut disebabkan oleh duduk perkara lain.
Setelah kalian mendapatkan kedua hal tersebut, kalian perlu merangkumnya dalam sebuah kalimat problem atau kalimat gosip yang komprehensif untuk menjelaskan permasalahan yang ada.
Mengapa Identifikasi Masalah Penting?
Identifikasi persoalan sungguh penting alasannya tidak semua persoalan mudah untuk dituntaskan. Bahkan, ada urusan-persoalan yang secara kasat mata tidak tampakdan cuma dapat diidentifikasi dikala dianalisis secara mendalam. Contohnya yakni pertentangan laten di sebuah kelompok masyarakat.
Oleh alasannya itu, sebelum melaksanakan apapun, sungguh penting untuk mengidentifikasi dilema-persoalan apa saja yang ada pada daerah tersebut. Setelah itu, harus diidentifikasi pula sumber-sumber permasalahan dan bagaimana kira-kira hubungannya dengan teori-teori yang telah ada.
Identifikasi masalah yang tepat sangat penting sebagai kerikil loncatan untuk tindakan penyelesaian persoalan yang yang lain. Jika masalah yang diidentifikasi telah tidak tepat, maka tentu saja analisis dan observasi yang dilaksanakan akan kurang tepat.
Cara Mengidentifikasi Masalah
Seperti yang sudah diterangkan diatas, terdapat tiga tahapan yang perlu dilakukan untuk mengidentifikasi sebuah masalah.
- Menemukan dan masalah yang ada (Problem)
- Mengidentifikasi sumber problem (Root cause)
- Menciptakan kalimat informasi/kalimat problem (Problem Statement) yang menjelaskan permasalahan yang telah diidentifikasi
Berikut ini yakni klarifikasi yang lebih mendalam mengenai ketiga proses kenali masalah yang sudah kita bahas secara singkat diatas.
Menemukan bahwa terdapat Masalah
Proses terpenting dan yang pertama mesti dijalankan dalam identifikasi persoalan yakni untuk memilih apakah terdapat masalah di sebuah lokasi/fenomena. Jika ternyata terdapat sebuah permasalahan, langkah berikutnya adalah menemukan semua masalah yang ada.
Umumnya, suatu hal dibilang menjadi persoalan jikalau tidak sesuai dengan kriteria atau acuan yang berlaku. Dalam proses perencanaan, biasanya duduk perkara didapatkan dikala keadaan lapangan dibandingkan dengan dokumen penyusunan rencana yang telah ada seperti RTRW ataupun RPJM.
Selain pendekatan teknokratik mirip yang telah dijelaskan diatas, terdapat pula pendekatan akar rumput (grassroots) dimana kita melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang terdampak. Respons merekalah yang memilih apa saja masalah yang terjadi di suatu wilayah.
Jika daerah tersebut sulit untuk diakses, kalian juga mampu melaksanakan kenali persoalan dengan menggunakan data-data sekunder yang lain seperti jurnal ilmiah, media sosial ataupun media terkenal mirip koran dan portal gosip online.
Umumnya, ketika ada masalah, pemerintah ataupun pemangku kepentingan lokal akan bersuara di media sosial atau media terkenal lokal yang meliput daerah tersebut.
Hal ini membuat lebih mudah kalian, para peneliti untuk mendapatkan citra mengenai problem-problem yang mungkin terjadi di sebuah lokasi.
Mengidentifikasi Sumber Permasalahan
Setelah mengenali apa-apa saja yang menjadi duduk perkara di sebuah lokasi, kalian perlu untuk mengidentifikasi sumber permasalahannya. Tahapan ini memiliki kegunaan untuk memilih apa apa saja yang menjadi akar dilema dari persoalan yang sudah kalian dapatkan.
Terkadang, suatu urusan bukanlah masalah akarnya. Contohnya yaitu duduk perkara kemiskinan di sebuah lokasi, ternyata, kemiskinan tersebut tidak bangkit sendiri, tetapi disokong oleh beberapa aspek.
Faktor-faktor yang mampu saja mempengaruhi kemiskinan antara lain yakni aksesibilitas transportasi, ketersediaan lapangan kerja, dan tingkat pendidikan penduduk setempat.
Bisa jadi, kemiskinan tersebut disebabkan oleh rendahnya akses transportasi dari lokasi tersebut ke kawasan kerja. Oleh alasannya itu, produktivitas penduduk rendah sehingga sulit bertahan hidup. Disini, pemerintah mesti menjawab problem dengan cara membangun jalan atau menyediakan transportasi publik.
Bisa juga, kemiskinan tersebut disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, sehingga tidak pantas dipekerjakan oleh para pemilik perjuangan. Disini, pembangunan jalan dan penyediaan angkutanpublik tidak akan terlalu menolong, pemerintah harus memajukan kualitas dan kuantitas pendidikan di kawasan tersebut.
Oleh karena itu, analisis perihal akar persoalan sangatlah penting untuk mendapatkan identifikasi masalah yang akurat.
Menciptakan Kalimat Isu
Setelah kalian memilih duduk perkara apa saja yang ada di suatu wilayah beserta akar masalahnya, kalian mesti merangkainya menjadi kalimat kenali persoalan yang runut atau sering disebut sebagai kalimat isu.
Secara umum, terdapat 3 indikator kalimat berita yang baik yaitu spesifik, objektif, dan jelas. Intinya ialah, kalimat berita tersebut harus mudah dimengerti oleh semua orang, bahkan orang-orang yang tidak mengetahui urusan tersebut.
Selain itu, kalimat berita juga mesti mempunyai dasar analisis yang berpengaruh. Disini, dasar analisis yang besar lengan berkuasa maksudnya yaitu basis riset dan data yang cukup agar peneliti mampu mengklaim bahwa kalimat berita tersebut valid.
Hal ini semestinya sudah teratasi pada 2 tahap sebelumnya adalah tahap menemukan dilema dan tahap kenali akar persoalan.
Kalimat informasi yang sempurna mampu memajukan pemahaman pendengar dan pembaca tentang duduk perkara apa yang sedang atau seharusnya diatasi. Hal ini sangat penting, khususnya bila kalian berkerja selaku konsultan atau pembuat kebijakan yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.
Contoh Idenfitikasi Masalah
Pada peluang ini, kita akan mencoba mengidentifikasi masalah-masalah yang ada pada kawasan Subang. Perhatikan contoh pikir dan langkah-langkah mengidentifikasi masalahnya ya. Contoh ini diambil dari studio proses penyusunan rencana acara studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITB tahun 2018-2019.
Akuisisi Informasi
Langkah pertama yang dikerjakan yaitu akuisisi berita untuk memilih apa saja masalah yang ada pada Subang. Disini, tim studio menggunakan studi-studi terdahulu, dokumen perencanaan, dokumen pemerintahan (rkpd, lakip, dsb), serta media populer dan media sosial untuk memetakan duduk perkara apa saja yang ada di Subang.
Fakta pertama yang dimengerti ialah kemakmuran petani di Subang relatif rendah. Hal ini tercermin dari komplain2 di media populer, info-berita RPJMD, serta studi-studi terdahulu yang mencoba menerangkan tentang perekonomian pertanian di Subang.
Selain itu, didapatkan pula bahwa mayoritas masyarakat Subang berkerja selaku petani atau profesi turunan pertanian, seperti buruh tani dan pedagang alat tani. Namun, ternyata kontribusi sektor pertanyan pada perekonomian (produk domestik bruto) Subang masih minim.
Artinya, produktivitas sektor pertanian di Subang tidak terlalu baik. Jika tingkat pertumbuhannya mirip ini, maka akan sukar bagi Subang untuk bisa maju, terlebih lagi saat sektor industrinya masih sangat minim.
Selain itu, didapatkan juga bahwa infrastruktur pertanian yang ada di Subang masih minim sehingga tidak bisa mendorong produktivitas pertanian.
Berdasarkan studi permulaan ini, kita menemukan setidaknya 3 problem ialah kesejahteraan petani yang rendah, produktivitas yang rendah, dan infrastruktur pertanian yang minim.
Setelah ini, kita akan coba memperoleh akar persoalan dari persoalan-permasalahan tersebut.
Identifikasi Akar Masalah
Setelah kita mengenali keempat masalah yang ada di Subang, kita perlu untuk melakukan kenali akar duduk perkara. Kalian pernah dengar pepatah chicken or the egg? Kali ini, kita akan coba memilih apa menyebabkan apa, dan apakah ada duduk perkara-persoalan lain yang berpengaruh pada keempat persoalan yang sudah diterangkan diatas.
Setelah melaksanakan analisa lebih lanjut dan mencocokkan dengan teori-teori yang telah ada perihal pengembangan kawasan, didapatkanlah sebuah hipotesa.
Kami berspekulasi bahwa sektor pertanian di Subang belum optimal dalam mensejahterakan penduduk pertanian yang ada disana. Artinya, sektor pertanian tersebut produktivitas dan nilai tambahnya masih belum cukup untuk membuat penduduk pertanian (petani, buruh tani, pedagang alat tani, dsb) hidup dengan layak.
Nah, sektor pertanian yang belum produktif ini diduga disebabkan oleh beberapa hal, yang antara lain yakni investasi pada infrastruktur pertanian yang kurang oleh pemerintah daerah. Serta investasi pada infrastruktur pendidikan pertanian yang juga kurang memadai.
Selain itu, didapatkan urusan baru yaitu jalur pasok (supply chain) yang ada masih mengandalkan tengkulak, sehingga merugikan petani. Serta kelembagaan sosial yang masih lemah, sehingga gapoktan dan poktan kurang optimal dalam menunjang produktivitas pertanian.
Membentuk Kalimat Isu
Sekarang, saatnya kita menciptakan kalimat gosip, mirip yang telah dijelaskan diatas, kalimat info sebaiknya terang, spesifik, dan objektif. Pengujian paling baik dari kalimat info ialah dikala kita menceritakannya terhadap orang yang serupa sekali tidak paham permasalahan ini. Kalau mereka memahami, maka kalimat berita kita sudah cukup baik.
Berdasarkan isu diatas, poin urusan khususnya yakni kesejahteraan penduduk pertanian yang belum baik. Hal ini disebabkan oleh sektor pertanian yang belum maksimal dalam mensejahterakan mereka.
Nah, belum optimalnya sektor pertanian ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian, adalah rantai pasok yang melibatkan tengkulak, kelembagaannya yang kurang, edukasinya yang kurang, serta infrastrukturnya yang kurang.
Oleh sebab itu, kalimat persoalan utama yang mampu dipakai untuk mendeskripsikan duduk perkara ini yaitu.
Belum optimalnya sektor pertanian dalam mensejahterakan masyarakat pertanian kabupaten Subang.
Sudah cukup jelas bukan? Apa yang belum optimal dan apa dampaknya serta kepada siapa dampaknya. Nah apakah kalimat persoalan ini mampu berdiri sendiri? Tentu saja mampu, namun, kalian tetap harus memperlihatkan konteks.
Konteks tersebut berisikan poin2 akar persoalan yang telah kita coba kenali diatas. Konteks ini mesti ditambahkan sebagai penjabaran dari kalimat gosip, biar mampu meningkatkan pengertian dari pembaca terhadap poin permasalahan yang kalian coba angkat.
Referensi
Bergan, J. R. (1995). Evolution of a masalah-solving versi of consultation. Journal of Educational and Psychological Consultation, 6, 111-123.
Christ, T.J., & Arañas, Y.A. (2014). Best practices in problem analysis. In A. Thomas & J. Grimes (Eds.), Best Practices in School Psychology VI. Bethesda, MD: National Association of School Psychologists.
Policy Analysis in Public Health Training Course
Sumber ty.com
EmoticonEmoticon