Monday, November 2, 2020

Transit Oriented Development

Ilustrasi Transit Oriented Development dari Treehugger.com


Belakangan ini, kita sering mendengar perumpamaan transit oriented development, terutama dalam konteks pengembangan daerah gres dan peremajaan daerah kota yang telah ada. Dari namanya saja telah dapat ditebak, pengembangan daerah yang mengedepankan aspek transportasi. Namun, bantu-membantu sejauh apa sih angkutandikedepankan, kemudian bagaimana cara mengedepankan faktor transportasi tersebut.


 



Definisi


Transit Oriented Development (TOD) ialah konsep pengembangan kawasan kota yang berupaya untuk mengoptimalkan jumlah tempat perumahan, bisnis, dan wisata yang berada di dalam jarak berlangsung (walking distance) sebuah metode angkutanpublik.


Inti dari definisi TOD diatas yakni usaha semoga setiap hadirin/penghuni tempat mampu berlangsung ke suatu metode angkutanpublik dan mencapai lokasi tujuannya dengan transportasi public tersebut.


 


Konsep


Pengembangan TOD biasanya meliputi sebuah lokasi transit sentral (biasanya kereta atau bus) yang dikelilingi oleh kawasan mixed-use berkepadatan tinggi, dengan daerah yang berkepadatan rendah meningkat di sisi luarnya secara konsentrik.


Kawasan TOD juga biasanya didesain biar memiliki walkability yang tinggi, alias mengedepankan pejalan kaki. Walkability yang tinggi mampu diraih dengan menghemat panjang blok perumahan/pertokoan, meminimalisir lebar jalan biar kendaraan beroda empat-kendaraan beroda empat tidak mengebut, atau bahkan menambahkan kanopi pepohonan untuk memberikan keteduhan bagi pejalan kaki.


Wilayah TOD yang paling padat biasanya berada dalam radius ¼ sampai ½ mil atau sekitar 400-800m dari stasiun transit sentra, jarak ini dinilai sebagai rata-rata jarak paling jauh seseorang mau untuk berlangsung kaki di perkotaan.


Di Amerika Serikat, radius ½ mil menjadi persyaratan kawasan cakupan TOD. Jarak ini mampu ditempuh dengan berjalan santai (4.8 km/h) dalam waktu 10 menit dan ialah jarak ideal berlangsung kaki, bila lebih dari ini, orang-orang akan malas untuk berlangsung dari dan menuju stasiun.


Transit oriented development memiliki perbedaan dengan transit proximate development alasannya secara spesifik berupaya untuk mengembangkan penggunaan angkutanpublik. Usaha-usaha ini antara lain yakni adanya fasilitas pedestrian yang baik, jalan kendaraan yang lebih sempit, lahan parkir yang lebih sedikit, dan pengurangan jumlah bangunan semakin jauh dari sentra transportasi publik.


Penentang rancangan pembangunan kompak dan TOD sering memakai argument bahwa kebanyakan orang lebih menggemari tinggal di kawasan dengan kepadatan rendah, sehingga kebijakan apapun yang memaksa insan untuk tinggal di daerah berkepadatan tinggi akan mengakibatkan berkurangnya mutu hidup. Pendukung dari konsep TOD umumnya menggunakan argument bahwa terdapat banyak keuntungan dari kepadatan yang tinggi dan aglomerasi daerah tinggal, mirip efisiensi kemudahan umum, berkurangnya ongkos transportasi, dan efisiensi lahan.


 


Aplikasi TOD


Konsep TOD sudah banyak diaplikasikan oleh perencana dari berbagai negara untuk menyelesaikan problema kemacetan dan kemiskinan transportasi. Berikut ini yakni pola-pola pengaplikasian tata cara TOD di beberapa kota di dunia.


 


Curitiba, Brazil


Curitiba ialah contoh aplikasi TOD yang sukses. Pada dikala permulaan penyusunan rencana, Curitiba dibagi menjadi beberapa koridor transportasi. Seiring dengan berjalannya waktu, zonasi daerah kepadatan tinggi pun diintegrasikan dengan koridor transport dengan kapasitas tinggi, terutama koridor bus rapid transit.


Semenjak masterplan pertamanya gagal sebab kelemahan dana, Curitiba kini berfokus pada infrastruktur hemat yang efektif namun terjangkau, meninggalkan kereta dan subway dalam kota dan memakai bus yang jauh lebih murah namun memiliki kapasitas serupa.


 


Toronto, Canada


Toronto mempunyai kebijakan untuk mendorong pembangunan baru di sekitar jalur subway terutama ialah Yonge Street line. Pembangunan yang paling terlihat yakni pengembangan area Yonge dan Eglinton di tahun 1960an dan 1970an, serta pengembangan koridor Yonge sebelah utara dari Sheppard Avenue di simpulan 1980an.


Semenjak tahun 1997, telah dibangun suatu sentra perbelanjaan serta 20.000 unit kondominium baru pada jalur Yonge Street. Semenjak dibukanya jalur subway Sheppard Line di tahun 2002, sudah ada ledakan konstruksi kondominium di rute Sheppard Avenue East antara Yonge Street dan Don Mills Road.


 


Hong Kong


Dibandingkan dengan negara meningkat lainnya, kepemilikan kendaraan di Hong Kong sangatlah rendah. Hampir 90% perjalanan di Hong Kong ditempuh dengan menggunakan transportasi publik.


Pada pertengahan era 20, tidak ada jalur rel yang dibentuk sebelum area tersebut padat dan menjadi sentra aktivitas. Namun, beberapa dekade akhir-akhir ini, Hong Kong mulai membangun sistem TOD, dimana jalur rel dibangun berbarengan dan terintegrasi dengan perumahan serta sentra komersial. Proyek ini dinamakan Rail plus property (R+P).


 


Paris, Prancis


Sistem subway Paris didesain untuk menghubungkan antara 5 stasiun kereta khususnya dengan transportasi lokal. Seluruh wilayah kota Paris mempunyai stasiun metro dengan jarak antar stasiun tidak lebih dari 500 meter. Sistem penyewaan kendaraan beroda empat dalam bentuk velib dan autolib serta bikesharing velo juga turut membuat lebih mudah pergerakan penduduk Paris. Sekarang, Paris juga mempunyai jalur tram yang menghubungkan wilayah suburban dengan Pusat kota Paris.


 


Kritik


Kritik dari rancangan TOD ini yakni peluanggentrifikasi yang dapat terjadi pada wilayah pemasukan rendah. TOD dapat mengembangkan harga tanah suatu wilayah alasannya adalah menawarkan nilai tambah bagi daerah tersebut. Oleh karena itu, harga rumah pun meningkat, sehingga masyarakat kelas menengah kebawah tidak dapat berbelanja rumah di wilayah itu. Hal ini memaksa mereka berpindah menjauhi pusat angkutanpublik tersebut ke area dengan harga tanah yang lebih hemat biaya. Ketika hal ini terjadi, TOD mampu mengusik tempat perumahan kelas menengah kebawah.


Jika konsep TOD dilakukan dengan memperhatikan kesetaraan dan pengembangan komunitas, masyarakat kelas menengah kebawah mampu menarik laba yang sungguh besar. TOD dapat menghubungkan perumahan pekerja dengan kompleks perkantoran/pabrik, membuat lapangan pekerjaan konstruksi dan perbaikan jaringan, serta dapat mengembangkan investasi pada daerah-tempat yang dilewatinya.


TOD dapat menghemat biaya transportasi alasannya penduduk tidak harus menggunakan kendaraan eksklusif untuk dapat meraih lokasi tujuannya. Oleh alasannya adalah itu, TOD sangat menolong penduduk kelas menengah ke bawah alasannya mereka menghabiskan lebih banyak uang untuk transportasi dibandingkan kelas menengah maupun kelas atas. Biaya angkutanyang diminimalkan dapat dipakai untuk membeli kuliner, mengeluarkan uang ongkos pendidikan, dan menyanggupi kebutuhan-kebutuhan yang lain.


 


Referensi


Transit Oriented Development


 



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon